SEBAGAIMANA kita ketahui bersama, pakaian adat merupakan identitas budaya.
Selain itu, pakaian adat seringkali juga menjadi simbol budaya, karakter penduduk daerah, keyakinan penduduk daerah, dan histori.
Salah satu pakaian adat di Ranahminang yang tampak mewah, kain tenun, dan melibatkan emas, adalah yang dipasang di kepala.
Siapa saja yang melihat pasti sudah bisa menebak dengan mudah dari daerah mana setelah pakaian adat ini. Yang di sebut Tikuluak.
Secara umum, ada beberapa jenis tikuluak tersebut, diantara:
1) Tingkuluak Tanduak
Tingkuluak ini dinamakan Tingkuluak Tanduak karena memiliki bentuk yang menyerupai tanduk kerbau.
Penutup kepala jenis ini seringkali digunakan untuk upacara adat, tari adat, pengiring pengantin, dan penyambutan tamu.
Pada umumnya, Tingkuluak Tanduak ini terbuat dari bahan kain songket hasil tenun yang tebal dan dipadukan dengan benang emas ciri khas Minangkabau.
Bagian belakang Tingkuluak Tanduak terdapat hiasan berupa kain yang terurai ke belakang.
Bentuk tingkuluak ini ada yang satu tingkat hingga tiga tingkat dan bergantung pada daerah asal.
Agar Anda dapat mengenakannya, Anda dapat membentuk kain seperti selendang panjang.
Kemudian selendang tersebut Anda kreasikan hingga menyerupai tanduk yang lancip di sisi kanan dan kiri sebagaimana tanduk kerbau
Pemilihan tanduk kerbau sebagai kiblat bentuk tingkuluak ini bukan tanpa alasan.
Tanduk kerbau merupakan salah satu ikon dalam budaya masyarakat Minang.
Filosofi dari bentuk tanduk kerbau untuk melambangkan kekuatan hati, gigih, tidak pernah putus asa, dan mempunyai kemauan yang tinggi dalam mencapai cita-cita yang baik.
Ujungnya dibuat agak tumpul untuk menggambarkan sifat ramah tamah, berani, dan tidak ingin melukai orang lain.
Panjang tanduk kedua sisi haru sama dan seimbang karena dimaksudkan sebagai simbol bahwa hidup harus seimbang dan adil.
2) Tikuluak Balapak
Tikuluak Balapak digunakan oleh wanita Minang saat acara upacara pernikahan, batagak penghulu, atau sunatan.
Tikuluak ini memiliki bentuk yang menyerupai gonjong atap rumah Gadang yang berbentuk persegi panjang pada bagian atas.
Begitu melihatnya, Anda pasti bisa menebak penggunanya berasal dari daerah mana.
Cara mengenakan tikuluak jenis ini adalah Anda harus membentuk Tikuluak Tanduak terlebih dahulu.
Setelah itu, ujung kiri selendang dilipat dengan cara dikelilingkan di bagian luar tanduk kanan dan kiri, sementara bagian ujung kanan kain, dikreasikan untuk menutupi rambut bagian atas kemudian dibiarkan terurai.
Jadilah tikuluak yang bentuknya menyerupai gonjong atap rumah Gadang. Tikuluak Balapak juga dihiasi dengan minsie.
Tikuluak ini bukan hanya pakaian semata. Penutup kepala jenis ini mengisyaratkan bahwa wanita Minang tidak boleh membawa beban yang berat.
Tidak jarang tikuluak ini digunakan untuk menunjukkan kebangsawanan seorang wanita
3) Tikuluak Balenggek
Tikuluak ini terdiri dua tingkat tikuluak. Bahan pembuatannya adalah kain balapak.
Pada jaman dahulu, di daerah Lintau Buo, Tanah Datar, Tikuluak ini hanya boleh dipergunakan oleh wanita keturunan penghulu atau kaum bangsawan saat bersanding di pelaminan.
Wanita yang bukan kaum bangsawan ataupun keturunan penghulu diharuskan meminta izin atau membayar uang adat kepada penghulu agar dapat mengenakan Tikuluak Balenggek.
Agar dapat mengenakannya, Anda perlu membuat Tikuluak Tanduak terlebih dahulu pada lapisan bawah.
Kemudian pada bagian atas, dipasang kayu ringan yang kemudian dililit dengan kain. Lilitan kain ini sebelumnya sudah diberi hiasan berbagai ukiran dan warna keemasan.
4) Tikuluak Sapik Udang
Tikuluak ini berasal dari daerah Kabupaten Tanah Datar. Bahan tikuluak ini adalah kain sarung sapik udang dengan warna hitam bermotif kotak-kotak kecil. Kain sarung ini kemudian dipadukan dengan kain mukena.
Agar dapat mengenakannya, Anda perlu melipat kain sarung menjadi dua dengan posisi memanjang.
Sementara mukena dilipat menjadi empat. Sisi kain dan mukena diletakkan di kepala agar membentuk tanduk di sebelah kanan dengan cara memutarkan ujungnya ke bagian belakang sehingga bagian kiri terlilit.
Di ujung kiri, kain dikreasikan agar berbentuk menyerupai bunga kecubung.
Tikuluak ini tidak hanya berfungsi sebagai penutup kepala saja, melainkan juga sebaagi alat perlengkapan shalat umat muslim.
5) Tikuluak Talakuang
Umumnya, tikuluak ini dikenakan dalam kegiatan sehari-hari. Namun tidak jarang juga tingkuluak ini dikenakan untuk mengundang orang agar menghadiri hajatan dan kegiatan mamanggai.
6) Tikuluak Koto Gadang
Tikuluak ini digunakan oleh pengantin wanita di Koto Gadang saat mereka menikah.
Penutup kepala ini terbuat dari bahan beludru berwarna ungu tua atau merah dan berbentuk persegi panjang.
Tikuluak ini dinamakan Tikuluak Tanduak karena memiliki bentuk yang menyerupai tanduk kerbau.
Penutup kepala jenis ini seringkali digunakan untuk upacara adat, tari adat, pengiring pengantin, dan penyambutan tamu.
Secara umum, bentuk tanduk kerbau melambangkan kekuatan, keteguhan hati, dan kemampuan yang gigih dalam mencapai tujuan.
Selain itu, tanduk juga bisa melambangkan sifat berani, ramah, dan tidak ingin melukai hati orang lain.
Berikut adalah beberapa detail lebih lanjut:
Kekuatan dan Keteguhan:
Tanduk kerbau, sebagai bagian dari tubuh yang kuat dan kokoh, melambangkan kekuatan dan keteguhan hati seorang wanita Minang.
Kemauan Tinggi:
Bentuk tanduk juga mengisyaratkan kemauan yang tinggi dan tidak pernah menyerah dalam mencapai cita-cita yang baik.
Sifat Berani dan Ramah:
Ujung tanduk yang dibuat tumpul melambangkan sifat berani, ramah tamah, dan tidak ingin menyakiti perasaan orang lain.
Simbol Rumah Gadang:
Bentuk tikuluak yang menyerupai rumah gadang juga mengisyaratkan bahwa perempuan Minang dianggap sebagai pemilik rumah dan pemimpin bagi keluarganya.
Singkatnya, tanduk kerbau pada tikuluak Minang bukan hanya hiasan, melainkan simbol yang kaya makna yang mencerminkan nilai-nilai luhur budaya Minangkabau. ***