Hasil tak akan pernah mengingkari sebuah usaha. Hal itu pantas dialamatkan kepada Brigadir Jenderal Polisi DR Riki Yanuarfi SH MSi Dt Rajo Agam
Tempaan hidup yang cukup keras yang memaksanya untuk melakukan hal-hal di luar kemampuannya sebagai seorang bocah belasan tahun beberapa waktu lalu, kini membuahkan hasil yang sangat luar biasa.
”Kami dibesarkan dalam sebuah keluarga besar yang jauh dari kata cukup. Karenanya, dari kecil saya dan kakak kakak telah terbiasa bekerja keras,” kata pria kelahiran Pakan Kurai Limo Jorong, Guguak Panjang, Kota Bukittinggi,1 Januari 1972 itu.
Memanfaatkan waktu libur sekolah dengan memanen padi di sawah menggunakan arit atau sabit (manyabik) serta melepaskan bulir padi dari batangnya dengan cara diinjak injak (mairiak) menjadi satu dari sekian banyak pekerjaan yang pernah dilakoninya semasa remaja dan ternyata hal itu menjadi bekal yang sangat besar baginya dalam melanjutkan perjuangan menyongsong masa depan.
Meski berasal dari keluarga yang biasa biasa saja, namun tekad dan semangat untuk berhasil terus membara didadanya untuk merubah nasib.
”Alhamdulillah, dari anak sabik dan iriak, kini kehidupan saya bisa berubah menjadi lebih baik ” ucap Jenderal Riki yang sejak 2 April 2024 dipercaya sebagai Kepala BNN Provinsi Sumatera Barat.
Bekerja keras, bekerja ikhlas serta doa dari orang tua, menurut suami dari Ayu Febriyanti ini, menjadi modal utamanya untuk merubah nasib dan mengejar cita-cita.
Brigjen Polisi Riki Yanuarfi merasakan sekali berkah dari doa orang tuanya tersebut, bagaimana tidak, sejak menyelesaikan Sekolah Perwira Polri pada 1997 silam, kini satu bintang emas telah tersemat dibahunya.
Riki mengawali kariernya dengan bergabung menjadi As SDM Polri di tahun 1997.
Kemudian ia menjadi petugas dalam operasi DOM di Aceh. Riki Yanuarfi selalu melaksanakan seluruh misi dengan sepenuh hati.
Perjalanan karier Riki pun terus melesat. Utamanya setelah bergabung di Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI).
Selama bertugas di BNN RI, Riki pernah menjabat sebagai Koorspri Kepala BNN RI era Komjen Pol. Gories Mere, Kepala BNNK Payakumbuh, Kepala BNNK Jakarta Selatan, dan Kasubdit LIngkungan Kerja dan Masyarakat di Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat.
Karena dinilai memiliki kemampuan dalam membina komunikasi di tengah masyarakat, Riki pun diminta kembali ke Polri untuk mengabdi di Polda Banten sebagai Direktur Binmas Polda Banten pada tahun 2020.
Dengan jabatan inilah, Riki semakin matang dalam membangun komunikasi dan sinergi dengan masyarakat guna menciptakan kamtibmas yang lebih kuat.
Selanjutnya, Riki kembali dipanggil BNN RI untuk memimpin Bagian Publikasi dan Media Sosial Biro Humas dan Protokol di tahun 2022.
Dengan berbekal skill komunikasi yang mumpuni, Riki melakukan konsolidasi dengan jajarannya untuk melakukan serangkaian terobosan.
Setelah berhasil melakukan pembenahan di bidang publikasi dan media sosial BNN RI, Riki mengikuti seleksi jabatan Kepala BNN Provinsi.
Ia pun lulus dan dipercaya memangku jabatan Kepala BNN Provinsi Nusa Tenggara.
Alumni Universitas Islam Negeri Imam Bonjol,Padang dan Ilmu Hukum di Universitas Ibnu Chaldun Jakarta serta menuntaskan S2 di Kajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia tahun 2009), Riki yang berpengalaman di Ilmu reserse ini menyelesaikan program Doktoral di Universitas Pancasila, Jakarta.
Brigjen Pol DR Riki Yanuarfi adalah seorang perwira tinggi Polri dengan pengalaman yang tidak bisa dianggap enteng, apalagi dia juga dibentengi ilmu agama yang mumpuni.
Buktinya, pria ramah dan murah senyum ini, selalu berada di jajaran terdepan di lettingnya saat mendapat promosi jabatan. Baik saat promosi dari AKP ke Kompol, dari Kompol ke AKBP, dari AKBP ke Kombes.
”Dan Alhamdulillah, untuk bintang satu pun saya dipercaya menjadi yang tercepat pula,” kata Riki tanpa bermaksud menyombongkan diri.
Putra Alm Aiptu Rusli M Rasyid yang juga anggota Polri berpangkat Bintara Tinggi dan Almh Kamidar yang hanya lulusan SR itu tak menampik, apa yang diraihnya saat ini adalah berkah tak terhingga dari orang tua yang tak pernah berhenti mendoakannya agar lebih baik.
Meski baru berusia 53 tahun, di dada Rang Sumando Kotobaru, Solok ini terlihat tiga deretan tandajasa.
Mulai dari Satyalancana Pengabdian 24 tahun di baris pertama, Satyalancana Pengabdian 16 tahun Satyalancana Pengabdian 8 Tahun Satyalancana Ksatria Bhayangkara di baris kedua serta Satyalancana Bhakti Pendidikan Satyalancana Dharma Nusa Satyalancana G.O.M VII di baris ketiga.
Kebanggaan dan kebahagiaan Jenderal Riki kian lengkap saat dianugerahkan gelar adat sebagai Datuak Rajo Agam yang merupakan gelar anak Kamanakan Datuak Batuah Suku Sikumbang Kurai Bukittinggi, Minggu lalu.(teddy)
