July 4, 2025
Jurnal Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
Home budaya

‎Sarawa Galembong, Tradisi yang Mulai Ditinggalkan  ‎

Redaksi by Redaksi
6 May 2025
in budaya
0
‎Sarawa Galembong, Tradisi yang Mulai Ditinggalkan   ‎

‎SARAWA GALEMBONG atau celana yang ukurannya sangat besar, merupakan pakaian harian laki-laki Minang.

Sarawa galembong ini dibuat dua kali ukuran orang dewasa, ukurannya besar dan kalau dipakai longgar.

BACA JUGA

Belly Dance, Tarian Unik dari Timur Tengah 

Telingaan, Tradisi Memanjangkan Kuping Masyarakat Dayak ‎

‎Dahulu laki-laki di Minang, kalau sudah remaja biasanya tidur di surau.

Mereka di sana, juga belajar mengaji dan belajar bersilat untuk bekal hidup di masa datang.

Kalau belum bisa mengaji dan bersilat, yang bersangkutan belum boleh pergi merantau.

‎Biasanya, setelah mengaji, baru guru mengaji yang biasa dipanggil Angku mengajarkan basilek, jadi jarang laki-laki yang sudah remaja tidur di rumah orang tuanya.

Saat hari sudah siang, para remaja laki-laki pergi ke ladang secara bergantian yang disebut bajulo-julo karajo.

‎Laki –laki Minang memang terkenal dengan tangguh dan pantang menyerah. Kalau pergi merantau pantangan untuk membawa modal dari kampung, biasanya kalau di perantauan mengajar mengaji, atau mencari induk semang untuk bekerja terlebih dahulu, mencari banyak pengalaman dan kalau sudah punya modal, baru mereka berdagang sendiri.

‎Mengapa sarawa galembong membuat prajurit lari terbirit-birit? Pada zaman penjajahan Belanda, orang Belanda berniat ingin menjajah Minang Kabau,

Belanda sudah melihat –lihat keidahan alam dan hasil pertanian di Minang Kabau begitu indah dan banyak sumber daya alam.

Belanda ingin sekali menduduki daerah Minang Kabau.

‎Para prajurit dan komandan berjalan sepanjang kampung ingin mencari orang-orang yang memimpin kampung tersebut.

Prajurit menemui sebuah surau dan prajurit mengelilingi surau. Tiba –tiba prajurit berteriak.

Komandaaan…prajurit memanggil dengan suara histeris…komandaan coba lihat jemuran ini…komandan heran…ada apa kata komandan dengan terkejut komandan menuju sumber suara.

‎Prajurit mengambil celana galembong yang ada pada jemuran dan mengangkat serta mencobakannya…komandan coba perhatikan celana orang Minang yang saya cobakan ini…iya kata komandan heran lagi..betapa besar celana orang disini, pinggangnya saja sampai di leher saya apa lagi orangnya komandan…tentu lebih besar dari celana ini kata prajurit dengan penuh keherannan.

‎Prajurit dan komandan berunding, rasanya kita tidak mungkin untuk menjajah di Minang ini komandan celananya besar tentu orangnya lebih besar tentu kita semua akan kalah disini, sebelum angku dan para anggotanya pulang lebih baik kita cepat pergi dari sini…

‎Betul …betul sekali kata komandan, kita tidak akan mau mati sia-sia disini..mari kita pergi dari kampung ini…komandan dan prajurit lari terbirit-birit..semenjak itu Belanda tidak mau lagi datang ke Minang Kabau..

‎(*/tensiswarni)

‎

Tags: Celana silatCelana tradisionalSarawa Galembong

Post Terkait

Belly Dance, Tarian Unik dari Timur Tengah 
budaya

Belly Dance, Tarian Unik dari Timur Tengah 

3 July 2025
5
Telingaan, Tradisi Memanjangkan Kuping Masyarakat Dayak  ‎
budaya

Telingaan, Tradisi Memanjangkan Kuping Masyarakat Dayak ‎

3 July 2025
2
Sombrero, Topi Unik dari Mexico
budaya

Sombrero, Topi Unik dari Mexico

2 July 2025
2
Tiban, Tradisi Minta Hujan di Tulung Agung  ‎
budaya

Tiban, Tradisi Minta Hujan di Tulung Agung ‎

2 July 2025
3
Nyulo, Tradisi Berburu Udang & Kepiting di Belitung 
budaya

Nyulo, Tradisi Berburu Udang & Kepiting di Belitung 

2 July 2025
2
Toge Goreng, Kuliner Betawi yang Tak Digoreng   ‎
budaya

Toge Goreng, Kuliner Betawi yang Tak Digoreng  ‎

1 July 2025
4
Next Post
Blangkon, Penutup Kepala yang Sarat Makna

Blangkon, Penutup Kepala yang Sarat Makna

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

BERITA POPULER

  • Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harumkan Nama Bengkulu, Izzatul Azizah,  Ukir Prestasi di Dua Kategori  Pada Kejuaraan Pencak Silat Smamuda Festival Championship Se-Malang Raya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Resmi Dilantik, Mulyadi Mandai S.Sos Nahkodai IKSMB Periode 2025 – 2030

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elly Sri Pujianti Tuntaskan 32 Tahun Pengabdian di PWI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Orang-Orang Berengsek di Tarumanegara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Follow Our Social Media

Informasi

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

Alamat

Jalan Veteran II No 7 C Gambir , Jakarta 10110

Kontak

  • Email : Elly@jurnalbudaya.com
  • Redaksi : 021 87983445

Copyright © 2023 | jurnalbudaya.com 

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup

Copyright © 2024 jurnalbudaya.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In