Kayiak nari merupakan salah satu ritual yang dilakukan pada anak perempuan yang berusia sekitar 5-7 tahun untuk menandakan bahwa anak tersebut baru akan memasuki usia baligh.
Kayiak nari ini terdiri dari dua kata yaitu kayiak dan nari.
Kayiak yaitu melakukan sebuah ritual yang dilakukan di sungai atau disumur apabila tidak jauh dari sungai, sedangkan nari adalah diambil dari sebuah ritual yang dilakukan pada saat nati atau tarian berlangsung.
Biasanya, persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan kayak nari yaitu air jampian jeruk nipis, baju pengantin untuk pakaian anak perempuan tersebut lengkap dengan perhiasannya.
Kemudian 2 buah tikar dari anyaman daun pandan yang dibentangkan membentuk tambah, satu batang pohon kelapa yang masih kecil yang memiliki tinggi maksimal 1 m dan juga beras yang dicampur dengan kunyit sehingga berwarna kuning yang dimasukkan ke dalam sebuah wadah.
Berikut ini adalah proses kaya adat Bengkulu Selatan.
1. Kayiak/ ke ayiak;
Pengantin keciak atau pengantin kecil adalah anak yang dikayiak narikan diajak mandi ke air sungai/sumur dengan memakai kain penutup atau kain basahan.
Prosesi kayiak tersebut dibantu oleh dukun beranak yang membantunya pada saat persalinan si bayi.
Sesampainya di sungai, anak perempuan yang akan kayiak nari tersebut disuruh mandi sendirian dulu sesuka hatinya.
Kemudian setelah itu si anak disuruh duduk di atas batu untuk dimandikan oleh dukun beranak.
Pada saat memandikan pengantin kecil tersebut, sang dukun akan membacakan mantera/doanya.
Mantera yang dibacakan itu berbunyi,
“Ya Allah ya Tuhanku semoga anak ini cepat besar atau besak, menjadi anak soleha, dan bisa menjaga dirinya.”
Kemudian, pengantin keciak tadi diusap dengan menggunakan air jampian dengan perasan jeruk nipis.
Setelah selesai mandi, si anak atau pengantin keciak akan diajak ke rumah tetangganya yang berada di dekat sungai itu untuk memakai pakaian dan dirias layaknya seperti seorang pengantin.
Pengantin keciak ini akan dirias dengan pakaian adat dan tajuak atau perhiasan kepala.
Selain itu, pada bagian belakang sanggul pengantin keciak ini diselipkan daun sirih, daun beringin dan juga daun segingin,
Saat pengantin sudah siap, maka penganting akan disuruh seorang utusan untuk menyampaikan kepada sepokok rumab atau tua kerja (pemimpin acara) bahwa pengantik ini sudah selesai mandi dan siap untuk proses selanjutnya.
Kemudian, datanglah sekelompok grup rebana untuk menjemput pengantin keciak dan rombongan prosesi kayiak lainnya.
Pengantin keciak tersebut akan diarak ramai-ramai berjalan sampai kerumahnya dimana acara diselenggarakan.
2. Nari
Pada saat rombongan pengantin keciak sudah sampai di rumah pokok acara, dua kerja atau pemimpin acara akan mengumumkan bahwa pengantin keciak tersebut sudah sampai.
Kemudian, disiapkan lah peralatan untuk ritual tari atau nari. Tikar anyaman dua buah dibentangkan dengan membentuk tambah.
Kemudian diletakkan tunas kelapa di tengahnya untuk dikelilingi pada saat prosesi menari nantinya.
Tunas kelapa tersebut bermakna sebuah harapan semoga anak di kayiak narikan ini dapat tumbuh sehat dan berguna bagi orang banyak seperti pohon kelapa tersebut yang dari ujung daun sampai ujung akar nya bisa dimanfaatkan oleh manusia.
Setelah semuanya siap, pengantin akan menari andun, dan diikuti oleh kebanyakan teman sebayanya sambil mengelilingi tunas kelapa tadi.
Dan pengantin keciak juga menari ditemani oleh dukun beranak. Dukun beranak menari sambil memegang payung dan uang receh.
Maknanya adalah sebuah harapan semoga anak yang menjadi pengantin keciak tersebut selalu dilindungi dalam keadaan apapun dan banyak rezekinya.
Sedangkan orang yang menari mengikuti anak tersebut melambangkan anak ini sebagai Panutan atau contoh yang baik bagi masyarakat.
Saat menari Andun kebanyakan akan diiringi oleh musik kelintang atau kedap.
Gerakan yang dipakai nari pada saat prosesi kayiak nari tersebut sedikit berbeda dengan tari Andun saat acara gegerit atau bimbang adat.
Pada prosesi kayak nari ini gerakannya adalah niup-mbuka-nyentang-menyengkeling-lalu kembali ke gerakan awal yaitu niup-mbuka.
Pengantin keciak menari bersama kawan sebayanya sebanyak tujuh keliling.
Pada saat kelilingan ketujuh, ibu dari pengantin keciak akan menghamburkan beras kuning.
Terkadang ada juga keluarga yang mempunyai hajatan ini terbilang agak mampu, akan di tambahkan juga dengan hamburan uang receh dan juga permen.
Hal ini bermakna sebagai berbagi rezeki. Sesudah ritual nari, pengantin kerja bersama kawan narinya akan diajak ke dalam rumah untuk dijamu makan kue dan minuman dengan dibimbing oleh dukun beranak tadi.
Sedangkan orang orang yang di luar akan melanjutkan acara jamuan makan buantagh dibelabar atau makan bersama duduk dipanggung.
Sebelum menjamu makan, akan dikirimkan terlebih dahulu doa doa untuk si pengantin keciak.
Pengantin keciak yang sudah menjamu kawan kawannya dengan kue dan minuman tadinya juga akan keluar untuk makan di luar.
Setelah acara jamuan selesai, hiasan pengantin keciak akan dilepas semua.
Daun Sirih dan daun beringin akan diletakkan di atas pintu bagian tengah rumah, akan dibiarkan terus hingga mengering dan habis sendiri.
Maknanya adalah semoga anak tersebut yang dinarikan tadinya hatinya akan selalu dingin, baik hati dan sehat selama hidupnya.
Dengan selesainya anak perempuan di kayiak narikan maka hal ini berarti menandakan bahwa anak tersebut sudah siap menemani temannya yang lebih dewasa dan nantinya apabila ada yang membutuhkan anak perempuan, anak ini sudah bisa melakukan aktivitas seperti orang dewasa, misalnya pada zaman dahulu dapat membantu kegiatan rumah dan kegiatan pengetam atau panen padi.***