August 3, 2025
Jurnal Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
Home budaya

Kabau Padati, Kendaraan Tradisional yang Mulai Ditelan Zaman  ‎

Redaksi by Redaksi
30 July 2025
in budaya
0
Kabau Padati, Kendaraan Tradisional yang Mulai Ditelan Zaman   ‎

‎Kabau padati adalah istilah dalam bahasa Minang, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut kerbau pedati.

Mendengar nama kerbau pedati, angan kembali melayang, ke masa silam sekitar 30 tahun yang lalu.

BACA JUGA

Niki Paleg, Potong Jari Ala Suku Dani

Bangket Sagu, Kue Khas Bumi Talaud ‎

‎Di kala itu, suasana belum seramai sekarang. Mobilpun belum ada.

Maka salah satu alternatif transportasi yang digunakan, adalah kabau padati atau kerbau pedati.

‎Padati atau ada juga yang menyebut dengan pedati.

Kendaraan tradisional multi fungsi zaman dulu yang saat ini sudah seakan hilang ditelan kemajuan zaman.

‎Saat ini kita hanya bisa jumpai pedati sudah jadi pajangan dimuseum atau minimal di sisi rumah gadang milik orang orang Minang yang berduit.

Yang ingin membangun kenangan rumah gadang lengkap dengan aksesoris pedati atau bendi.

‎Dahulu sebelum kendaraan dengan penggerak mesin baik dengan tenaga uap maupun diesel sampai sudah berbagai bahan bakar seperti sekarang, pedati menjadi andalan sarana transportasi.

Terutama untuk mengangkut barang. Baik dalam Nagari bahkan sampai antar kota.

Biasanya digunakan buat mengangkut hasil bumi ke pasar atau pelabuhan kapal di pesisir pantai Ranah Minang.

‎Pedati pada umumnya ditarik oleh kerbau. Bodi atau badan pedati layaknya bak truck saat ini.

Kusir pedati duduk diantara kerbau dan bak pedati dengan kendali tali serta cambuk kecil.

‎Kusir alias tukang pedati ini biasanya memiliki kemampuan bela diri yang mumpuni alias pandeka.

Hal ini seiring tuntutan keamanan dijalan. Baik oleh binatang buas maupun penyamun yang akan merampok barang bawaan mereka.

‎Kusir pedati ini identik dengan pakaian serba hitam celana atau sarawa galembong dengan kepala diikat destar/deta.

Jemari dihiasi batu akik lengkap dengan pisau sirauik atau karambik pelengkap keamanan diri maupun buat keperluan lain dijalan.

‎Kalau perjalanan antar nagari atau kota membawa dagangan pedati ini tidak pernah jalan sendiri.

Konvoi istilah orang sekarang. Beriringan sepanjang jalan dengan alunan ganto/genta yang digantungkan di kerbau atau dibodi bawah pedati.

‎Bunyi Ganto sangat khas bagi masyarakat pinggir jalan buat penanda rombongan pedagang dengan pedati sedang lalu menuju pasar/balai.

Kalau perjalanan sampai memakan waktu berhari hari pedati ini juga dilengkapi dengan lampu.

Lentera orang namakan lampu gantung dipedati tersebut.

‎Padati adalah kendaraan yang lazim dipakai tempo dulu di Minangkabau sebagai alat pengangkutan.

Kendaraan ini ditarik oleh seekor kerbau biasanya berjalan pada petang sampai malam hari atau waktu pagi sejak subuh.

Sangat jarang pedate berjalan pada siang hari apalagi panas terik karena kerbau tidak tahan terhadap panas.

‎Pedati terbuat dari kayu dengan bentuk yang elegan dan dihiasi dengan ukiran yang rumit.

Biasanya, pedati digunakan untuk mengangkut penumpang, barang, atau bahkan dalam acara-acara adat seperti pernikahan atau upacara lainnya.

‎Pada zaman sekarang, meskipun kendaraan modern telah menggantikan sebagian besar kebutuhan transportasi, pedati masih digunakan dalam acara-acara budaya dan pariwisata sebagai atraksi wisata.

‎Bagian-bagian padati tidak melupakan arsitektur khas minangkabau.

Seperti atapnya yang Bagonjong. Bahan penutupnya ijuk. Roda pedatinya jauh lebih besar daripada roda bendi.

Padati-padati itu dihiasi dengan aksesori yang indah-indah, terutama di bagian depan tempat tukang pedati duduk dan tidur.

‎Pada kaki kerbau penarik pedati dipakaikan sepatu, bahannya biasanya yang empuk seperti karet bekas dengan pengikat yang dililitkan ke sekeliling kaki. Makanya si kaki kelihatan lebih besar.

‎Kemudian pada leher kerbau dikalungkan ganto yang terbuat dari kuningan sehingga dari kejauhan kita sudah bisa mendengar bunyi ganto (genta) ini yang berdentang-dentang seiring langkah sang kerbau. ***

‎

‎

Tags: Ganto padatiKabau padatiKerbau pedati

Post Terkait

Niki Paleg, Potong Jari Ala Suku Dani
budaya

Niki Paleg, Potong Jari Ala Suku Dani

30 July 2025
5
Bangket Sagu, Kue Khas Bumi Talaud  ‎
budaya

Bangket Sagu, Kue Khas Bumi Talaud ‎

29 July 2025
2
Dayango, Tarian Pemanggil Arwah dari Gorontalo 
budaya

Dayango, Tarian Pemanggil Arwah dari Gorontalo 

29 July 2025
3
‎Kerik Gigi, Tradisi Unik Perempuan Mentawai   ‎
budaya

‎Kerik Gigi, Tradisi Unik Perempuan Mentawai  ‎

29 July 2025
1
Deretan Negara Judi Terbesar di Dunia 
budaya

Deretan Negara Judi Terbesar di Dunia 

26 July 2025
4
Menari Selama Enam Hari, Ratusan Penari Meriahkan Hari Jadi Salatiga ke 1.275
budaya

Menari Selama Enam Hari, Ratusan Penari Meriahkan Hari Jadi Salatiga ke 1.275

26 July 2025
2
Next Post
Niki Paleg, Potong Jari Ala Suku Dani

Niki Paleg, Potong Jari Ala Suku Dani

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

BERITA POPULER

  • Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harumkan Nama Bengkulu, Izzatul Azizah,  Ukir Prestasi di Dua Kategori  Pada Kejuaraan Pencak Silat Smamuda Festival Championship Se-Malang Raya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Resmi Dilantik, Mulyadi Mandai S.Sos Nahkodai IKSMB Periode 2025 – 2030

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Semangat Hera Juliawati Promosikan Olahraga Taekwondo Virtual di Kabupaten Bekasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elly Sri Pujianti Tuntaskan 32 Tahun Pengabdian di PWI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Follow Our Social Media

Informasi

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

Alamat

Jalan Veteran II No 7 C Gambir , Jakarta 10110

Kontak

  • Email : Elly@jurnalbudaya.com
  • Redaksi : 021 87983445

Copyright © 2023 | jurnalbudaya.com 

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup

Copyright © 2024 jurnalbudaya.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In