July 4, 2025
Jurnal Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
Home budaya

Ondel-Ondel, dari Simbol Penolak Bala Jadi Sarana Hiburan 

Redaksi by Redaksi
22 June 2025
in budaya
0
Ondel-Ondel, dari Simbol Penolak Bala Jadi Sarana Hiburan 

Siapa yang tak kenal ondel-ondel? Sepasang boneka raksasa dengan tinggi sekitar 2,5 meter yang menghiasi gedung-gedung atau kantor pemerintahan di ibu kota.

Sosok mereka juga hadir dalam pesta-pesta rakyat, hajatan masyarakat Betawi, dan terutama perayaan ulang tahun Kota Jakarta.

BACA JUGA

Makna Tersirat dari Tradisi Menampi Beras

Uniknya Tradisi Balap Karung

‎Sebagai pertunjukan rakyat, ondel-ondel biasanya diiringi tanjidor atau kelompok orkes kampung, yang terdiri dari beberapa alat musik, seperti gendang tepak, gendang kempul, gong, kenong kemong, krecek, terompet, bas, dan sukong.

Tapi ada juga seniman yang juga memadukannya dengan alat musik modern. Pementasan ondel-ondel biasanya juga diiringi oleh pertunjukan pencak silat Betawi.

‎Ondel-ondel mengenakan pakaian adat Betawi dengan warna mencolok. Tubuh bagian depannya diberi rongga kecil sebagai celah bagi pemain untuk melihat ke luar.

Dengan demikian ondel-ondel tak kehilangan arah dan mampu bergoyang sesuai irama dan melakukan gerakan memutar tubuh dengan cepat (ngibing).

‎Tak diketahui secara pasti, kapan ondel-ondel muncul dalam kehidupan masyarakat Betawi.

Banyak yang menyebut ondel-ondel semula bernama barongan dan dianggap perwujudan danyang desa. Ketika dilanda wabah penyakit, mereka menggelar ritual mengarak barongan keliling kampung untuk tujuan menolak bala dan mendapatkan keselamatan.

Sebelum diarak, dilakukan proses pengasapan (ukup) agar prosesi berjalan lancar.

‎“Barongan dijadikan perwujudan leluhur penjaga kampung. Kerena fungsi barongan yang sakral untuk pelindung kampung dan penghalau segala musibah, barongan harus terlihat berwibawa dan menakutkan,” catat Mita Purbasari Wahidiyat dalam Ondel-ondel Sebagai Ruang Negosiasi Kultural Masyarakat Betawi, disertasi pada Institut Seni Indonesia Yogyakarta tahun 2019.

‎Karena berfungsi sebagai penolak bala, pembuatan ondel-ondel biasanya melalui proses ritual tertentu.

Sebelum proses pembuatan, pengrajin menyediakan aneka sesaji berupa kemenyan, kembang tujuh rupa, dan bubur sumsum.

Tujuannya agar pembuatan ondel-ondel berjalan lancar dan roh yang bersemayam di boneka adalah roh baik.

‎”Pembuatan ondel-ondel dengan menerapkan ritual seperti itu masih berlangsung hingga 1980-an.

Namun setelah masa itu, proses ritual tersebut mulai ditinggalkan sejalan dengan bergesernya fungsi ondel-ondel,” catat Kemdikbud.

‎Betawi sebagai suku yang mendiami Jakarta juga tak imun dari pengaruh luar. Bahkan akar kebudayaan Betawi berasal dari akulturasi berbagai suku dan bangsa, seperti Jawa, Sunda, Ambon, bahkan Portugis, Tionghoa, dan Arab. Barongan Betawi salah satunya.

‎Ada kemiripan rupa barongan Betawi dengan barong Bali. Pengaruh dari Bali tampak pada warna wajah, motif hiasan kembang kelapa, dan pakaian yang berwarna-warni.

Ada juga pengaruh barongsai dari Tiongkok. Terlihat dari teknik menggerakkannya, alat musik, dan penggunaan petasan agar pertunjukan lebih meriah.

‎Keberadaan ondel-ondel di Indonesia serupa dengan perayaan boneka di Portugal.

Boneka itu hadir dalam pawai keagamaan yang diiringi kelompok musik (tangedores), yang membawa berbagai alat musik seperti tambur Turki (besar), tambur sedang (pandore), seruling, dan bermacam terompet.

‎“Boneka ini berpakaian bermacam-macam dan persis serupa ondel-ondel Betawi zaman dulu, dan yang menandak-nandak diiringi musik tanjidor,” tulis Paramitha. Baik tanjidor maupun ondel-ondel kemudian menjadi khazanah budaya Betawi.

‎Yang pasti, keberadaan boneka raksasa dicatat beberapa pedagang Eropa.

Menurut Peta Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), W. Scot, seorang pedagang asal Inggris mencatat bahwa ondel-ondel sudah ada sejak 1605.

‎Nama ondel-ondel ditengarai muncul dan menjadi populer saat Benyamin Sueb menyanyikan lagu “Ondel-ondel” pada tahun 1970-an. Sejak itulah kata ondel-ondel menggantikan barongan.

‎Perubahan juga terjadi pada fungsi ondel-ondel. Ondel-ondel mulai hadir dalam bentuk seni pertunjukan maupun dekorasi setelah Gubernur Ali Sadikin mencanangkan ondel-ondel sebagai ikon Jakarta.

Wajah ondel-ondel yang menakutkan semula dan berbau mistis pun berubah manis dan bersahabat. Ritual pengasapan penghapusan.

Ondel-ondel juga mulai menghiasi gedung-gedung atau kantor pemerintahan di Jakarta.

‎Pengaruh Islam kemudian mempengaruhi kostum ondel-ondel. Tangan pada ondel-ondel pria, misalnya, tak lagi selalu berbentuk seperti mahkota tapi menyerupai kopiah.

Selempang dan ikat pinggang berwarna cerah menggantikan sarung kotak-kotak yang diletakkan di leher (cukin) dan dililitkan di balik pakaian.

‎“Penggunaan aksesori cukin dengan ikat pinggang bermotif kotak-kotak ini mengingatkan pada penampilan pemuda pesantren dan jagoan silat Betawi Si Pitung,” catat Mita Purbasari Wahidiyat.

‎Kini, meski memiliki bentuk yang hampir sama, corak dan warna ondel-ondel beragam sehingga terlihat menarik.

‎Ondel-ondel umumnya dibuat dari kayu, bisa kayu randu, kapuk, cempaka, kenanga, atau rambutan, dengan bagian tubuh menggunakan dongdang–sejenis kurungan ayam yang terbuat dari bambu. Diameter tubuh ondel-ondel sekitar 1,5 meter, sementara tingginya bisa mencapai 4 meter.

‎Wajah ondel-ondel dibelah menjadi dua. Wajah laki-laki berwarna merah. Hal itu karena fungsi awalnya untuk menakut-nakuti setan atau roh-roh jahat.

Sedangkan wajah perempuan berwarna putih yang menggambarkan sifat keibuan yang lembut.

Namun banyak yang meyakini warna merah dan putih dipilih untuk melambangkan bendera kebangsaan Indonesia; merah berarti memiliki semangat juang dan upacara sementara putih melambangkan kesucian.

‎Agar terkesan menarik, kepala ondel-ondel diberi rambut dengan menggunakan ijuk. Tak lupa ditambahkan hiasan berbagai pernak-pernik. ***

Bahasa Indonesia:

Tags: Kesenian ondel ondelOndel ondel BetawiTradisi Ondel ondel

Post Terkait

Makna Tersirat dari Tradisi Menampi Beras
budaya

Makna Tersirat dari Tradisi Menampi Beras

4 July 2025
2
Uniknya Tradisi Balap Karung
budaya

Uniknya Tradisi Balap Karung

4 July 2025
1
Belly Dance, Tarian Unik dari Timur Tengah 
budaya

Belly Dance, Tarian Unik dari Timur Tengah 

3 July 2025
5
Telingaan, Tradisi Memanjangkan Kuping Masyarakat Dayak  ‎
budaya

Telingaan, Tradisi Memanjangkan Kuping Masyarakat Dayak ‎

3 July 2025
2
Sombrero, Topi Unik dari Mexico
budaya

Sombrero, Topi Unik dari Mexico

2 July 2025
2
Tiban, Tradisi Minta Hujan di Tulung Agung  ‎
budaya

Tiban, Tradisi Minta Hujan di Tulung Agung ‎

2 July 2025
3
Next Post
Pesan Moral dari Tari Jepin  ‎

Pesan Moral dari Tari Jepin ‎

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

BERITA POPULER

  • Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harumkan Nama Bengkulu, Izzatul Azizah,  Ukir Prestasi di Dua Kategori  Pada Kejuaraan Pencak Silat Smamuda Festival Championship Se-Malang Raya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Resmi Dilantik, Mulyadi Mandai S.Sos Nahkodai IKSMB Periode 2025 – 2030

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elly Sri Pujianti Tuntaskan 32 Tahun Pengabdian di PWI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Orang-Orang Berengsek di Tarumanegara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Follow Our Social Media

Informasi

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

Alamat

Jalan Veteran II No 7 C Gambir , Jakarta 10110

Kontak

  • Email : Elly@jurnalbudaya.com
  • Redaksi : 021 87983445

Copyright © 2023 | jurnalbudaya.com 

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup

Copyright © 2024 jurnalbudaya.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In