ALARM wajib disebarkan ke seluruh masyarakat Sumatera Barat. Sebab, sebagai daerah agamis dengan ditopang budaya yang kuat, belakangan menjadi surga bagi peredaran narkoba.
Nyaris setiap saat, kita mendengar kasus penggerebekan dan penangkapan narkotika di Ranahminang.
Tak satu daerah saja, namun menyebar merata hingga ke pelosok yang jauh dari pantauan banyak pihak.
”Secara umum, peredaran narkoba di Sumatera Barat (Sumbar) mencerminkan kondisi wilayah yang kompleks, baik dari sisi geografis maupun sosial budaya. Sumbar cenderung menjadi daerah tujuan sekaligus perlintasan namun ada eskalasi dalam kasus akhir-akhir ini yang melibatkan sumatera barat sebagai tempat penyimpanan dan pengiriman narkotika ke daerah lain,” kata kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Sumatera Barat. Brigjen Pol DR Riki Yanuarfi SH, MSi.
Jenderal bintang satu kelahiran Bukittinggi ini Menyebutkan, sebagai daerah tujuan, Sumbar memiliki pasar pengguna yang nyata.
”Kalangan remaja, pelajar, pekerja dan masyarakat urban yang berdomisili di Kota Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh, menjadi target mereka,” imbuhnya.
Riki menyebutkan, selain sebagai daerah perlintasan karena berada di jantung Pulau Sumatera terutama menuju Provinsi Riau, Sumatera Utara dan Jambi serta menjadi jalur masuk utama narkoba dari luar negeri, maka keberadaan Sumatera Barat menjadi sangat strategis.
Jalur darat menurutnya merupakan jalur utama yang digunakan untuk menyelundupkan narkoba ke Sumbar dan juga sebagai perlintasan menuju provinsi lain di Pulau Sumatera.
Disinggung seputar target yang menjadi incaran mafia narkoba di Ranahminang , Riki mengatakan ada empat komunitas utama yang sasar mereka.
Siapa saja yang menjadi incaran? Diantaranya adalah kalangan pemuda, pelajar dan pelajar, selanjutnya kaum pekerja dan buruh yang bekerja di sektor informal, kemudian komunitas hiburan malam serta wilayah dengan kerawanan sosial tinggi.
Brigjen Riki Yanuarfi mejelaskan, kalangan pemuda, pelajar dan mahasiswa diincar karena dianggap sebagai kelompok yang rentan, menyebabkan mereka berada dalam fase pencarian jati diri dan sangat mudah terpengaruh.
Kelompok pekerja dan buruh di sektor informal, seperti sopir angkutan, nelayan, hingga buruh harian dan komunitas hiburan malam, meskipun jumlahnya tak sebanyak di provinsi lain, tetap menjadi titik rawan yang mencakup narkoba jenis sintetis seperti ekstasi dan sabu.
”Titik incaran lainnya adalah wilayah yang memiliki kerawanan sosial tinggi seperti daerah padat penduduk dan kawasan dengan tingkat pengawasan sosial yang rendah,” ucapnya.
Lebih jauh Brigjen DR Riki Yanuarfi SH MSi mengatakan, banyak kasus yang telah ditangani BNNP Sumatera Barat.
”Ini menunjukkan adanya keterlibatan jaringan narkoba antarprovinsi. Dan hal ini harus menjadi peringatan bagi kita semua agar masyarakat Sumatera Barat bisa terbebas dari cengkeraman mafia narkoba,” ucapnya berakhir. (ted)