SARAWA GALEMBONG atau celana yang ukurannya sangat besar, merupakan pakaian harian laki-laki Minang.
Sarawa galembong ini dibuat dua kali ukuran orang dewasa, ukurannya besar dan kalau dipakai longgar.
Dahulu laki-laki di Minang, kalau sudah remaja biasanya tidur di surau.
Mereka di sana, juga belajar mengaji dan belajar bersilat untuk bekal hidup di masa datang.
Kalau belum bisa mengaji dan bersilat, yang bersangkutan belum boleh pergi merantau.
Biasanya, setelah mengaji, baru guru mengaji yang biasa dipanggil Angku mengajarkan basilek, jadi jarang laki-laki yang sudah remaja tidur di rumah orang tuanya.
Saat hari sudah siang, para remaja laki-laki pergi ke ladang secara bergantian yang disebut bajulo-julo karajo.
Laki –laki Minang memang terkenal dengan tangguh dan pantang menyerah. Kalau pergi merantau pantangan untuk membawa modal dari kampung, biasanya kalau di perantauan mengajar mengaji, atau mencari induk semang untuk bekerja terlebih dahulu, mencari banyak pengalaman dan kalau sudah punya modal, baru mereka berdagang sendiri.
Mengapa sarawa galembong membuat prajurit lari terbirit-birit? Pada zaman penjajahan Belanda, orang Belanda berniat ingin menjajah Minang Kabau,
Belanda sudah melihat –lihat keidahan alam dan hasil pertanian di Minang Kabau begitu indah dan banyak sumber daya alam.
Belanda ingin sekali menduduki daerah Minang Kabau.
Para prajurit dan komandan berjalan sepanjang kampung ingin mencari orang-orang yang memimpin kampung tersebut.
Prajurit menemui sebuah surau dan prajurit mengelilingi surau. Tiba –tiba prajurit berteriak.
Komandaaan…prajurit memanggil dengan suara histeris…komandaan coba lihat jemuran ini…komandan heran…ada apa kata komandan dengan terkejut komandan menuju sumber suara.
Prajurit mengambil celana galembong yang ada pada jemuran dan mengangkat serta mencobakannya…komandan coba perhatikan celana orang Minang yang saya cobakan ini…iya kata komandan heran lagi..betapa besar celana orang disini, pinggangnya saja sampai di leher saya apa lagi orangnya komandan…tentu lebih besar dari celana ini kata prajurit dengan penuh keherannan.
Prajurit dan komandan berunding, rasanya kita tidak mungkin untuk menjajah di Minang ini komandan celananya besar tentu orangnya lebih besar tentu kita semua akan kalah disini, sebelum angku dan para anggotanya pulang lebih baik kita cepat pergi dari sini…
Betul …betul sekali kata komandan, kita tidak akan mau mati sia-sia disini..mari kita pergi dari kampung ini…komandan dan prajurit lari terbirit-birit..semenjak itu Belanda tidak mau lagi datang ke Minang Kabau..
(*/tensiswarni)