ULAT SAGU merupakan serangga yang banyak ditemukan di pohon sagu yang sudah membusuk.
Bagi orang yang baru pernah melihat dan memegang ulat sagu secara langsung akan merasa jijik atau bahkan geli,di karenakan bentuknya tersebut.
Di Lansir dari laman MONGABAY.com .Ada beberapa tempat di wilayah timur Indonesia, terutama di Papua, ulat sagu ini menjadi salah satu makanan favorit.
Bahkan, bagi mereka yang sudah terbiasa mengonsumsinya, ulat sagu disebut sebagai makanan yang memiliki cita rasa lezat.
Di Papua, ulat sagu bisa menjadi produk terpenting kedua selain pohon sagu itu sendiri, sehingga banyak dibuat festival mengenai ulat sagu.
Masyarakat Papua memiliki tradisi memanen ulat sagu dengan cara membiarkan pohon sagu yang telah ditebang di alam, maka dengan begitu mereka bisa mendapatkan ulat sagu.
Tidak hanya menjadi makanan faforit , ternyata lebih dari itu, pada beberapa etnis di Papua, ulat-ulat sagu menjadi menu terhormat dalam ritual dan adat.
Misalkan saat pelaksanaan acara adat di Suku Asmat, di mana setiap pesta akan didahului dengan menebang pohon-pohon sagu, yang kemudian dibiarkan di tempat.
Di dalam batang-batang sagu itulah akan terbentuk ulat-ulat sagu yang akan diperlukan sebagai menu terhormat di dalam festival.
Ulat sagu itu , dimakan mentah atau dibakar di atas bara api, karena ulat-ulat sagu ini menjadi unsur penting dalam beberapa ritual Suku Asmat.
Tidak hanya pada Suku Asmat, ulat sagu juga merupakan hal paling penting yang dilakukan dalam ritual oleh Suku Korowai.
Ritual tersebut kini dibuat dalam festival ulat sagu, dengan tujuan menjamin kelangsungan hidup dengan fokus pada kesuburan dan kemakmuran.
Perayaan dalam festival ulat sagu ini terkait dengan dunia roh terhadap manusia, agar menjaga budaya dari gangguan dan bahaya.
Sementara di antara Suku Kamoro, sebuah ritual makanan ulat sagu disiapkan bagi upacara inisiasi anak lelaki, terdiri dari jenis kerang-kerangan tertentu atau ulat sagu yang dicampur dengan sagu dan dipanggang dalam kemasan daun sagu berukuran panjang.
Kandungan lemak dari hewan-hewan ini meresap ke dalam sagu untuk dijadikan ritual.
Kaya Protein
Berbagai penelitian dilakukan untuk membuktikan kandungan kesehatan bagi orang yang mengonsumsi ulat sagu.
Sebagaimana diketahui, ulat sagu merupakan larva berukuran sekitar tiga sampai empat sentimeter yang memiliki nama ilmiah Rhynchophorus ferrugineus. Hewan ini berkembang biak di dalam batang pohon sagu yang tumbang.
Salah satu penelitian tentang ulat sagu dengan menggunakan analisis kimiawi dilakukan di Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Hasilnya menyebutkan bahwa ulat sagu mengandung protein dengan kualitas cukup baik.
Dalam keadaan basah ulat sagu mengandung air 67,35%, abu 2,45%, protein 11,47% dan lemak 18,25%.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi basah maupun kering, pada suhu 70 derajat Celcius, kandungan nutrien yang tinggi adalah lemak dan protein.
Mengutip dari laman Halodoc, ulat sagu memiliki banyak manfaat bagi kesehatan di antaranya adalah baik untuk sistem pencernaan, contohnya untuk mencegah sembelit atau perut kembung.
Selain itu, ulat sagu juga kaya akan mineral penting yang dianggap baik untuk membantu memperkuat tulang dan gigi, serta dapat melawan infeksi akibat mikroba. Kendati demikian, mengonsumsi ulat sagu sebaiknya dilakukan dengan tidak berlebihan.
Sebab, mengonsumsi protein terlalu banyak dapat memicu masalah pencernaan, seperti sembelit, diare, kembung, hingga kram perut.
Selain penelitian tentang kualitas protein pada ulat sagu yang tinggi, berbagai penelitian mengenai pengolahan ulat sagu juga sudah banyak dilakukan.
Salah satunya adalah penelitian mengenai pembuatan tepung ulat sagu, yang mengandung antioksidan sekaligus arginin.
keduanya berperan memodulasi stres oksidatif termasuk Nitrik oxide [No] yang terlibat pada imunopatologi malaria serebral. (eni)








