Oktober 26, 2025
Jurnal Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
Home budaya

Eksistensi Melalui Tato ‎

Redaksi by Redaksi
14 April 2025
in budaya
0
Eksistensi Melalui Tato  ‎

TATO Mentawai atau Titi adalah jenis tato yang dilukis di atas tubuh orang di suku Mentawai yang mendiami Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

‎Bagi masyarakat Mentawai, tato merupakan busana abadi yang dapat dibawa mati. Atau dengan kata lain, tato tradisi orang Mentawai hanya menjadi sebuah karya seni selama manusia yang memakainya hidup.

BACA JUGA

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau  ‎

Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 

Selain itu, tato ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi, yaitu untuk menunjukkan jati diri dan untuk perbedaan status sosial dalam masyarakat.

‎Suku Mentawai merupakan salah satu suku tertua di Indonesia dan sudah diami Kepulauan Mentawai sejak 500 SM.

Sehingga mereka memiliki tradisi dan kebudayaan yang sangat kuat. Salah satunya adalah mentato badan.

‎Masyarakat Suku Mentawai telah mentato badannya sejak mereka tiba di pantai barat Sumatera.

Proses penatoan akan dilakukan ketika seorang anak telah menginjak usia remaja, di mana laki-laki dan perempuan biasanya menjalani upacara inisiasi (peralihan masa kanak-kanak ke remaja) oleh sikerei dan kemudian dilanjutkan ke proses pentatoan oleh seorang sipatiti .

‎Tato Mentawai memiliki beragam makna dan fungsi, salah satunya yaitu menentukan kedudukan.

Sebab dengan penatoan tertentu pada tubuh dapat menginvestigasi batas wilayah kesukuan.

‎Tato Mentawai memiliki nilai ritual yang menjadi penanda keahlian, kedewasaan, keberanian dan jabatan yang dianggap sebagai simbol kebanggaan.

Kemudian juga sebagai tanda pengenal pribadi misalnya keahlian seseorang dalam berburu yang ditandai dengan tato binatang di tubuhnya.

‎Tato pada suku Mentawai juga mengkomunikasikan posisi seseorang dalam masyarakat, baik jenis kelamin, usia, dan juga jabatan.

Proses pembuatan tato berlangsung selama dua hari. Setelah proses penatoan selesai selanjutnya akan masuk pada proses penyembuhan. Karena biasanya setelah ditato anak tersebut akan terjangkit demam.

‎Motif tato pada bagian dada hingga perut memiliki bentuk seperti tanda panah. Bagian lengan memiliki bentuk motif seperti duri rotan dan batangnya.

Sedangkan pada bagian pahanya mempunyai bentuk motif seperti lantai rumah yang terbuat dari papan.

‎Untuk proses penatoan sendiri dilakukan dengan cara mencelupkan jarum dari tumbuhan ke dalam tinta, kemudian jarum tersebut akan ditusuk ke bagian tubuh lalu dipukul-pukul menggunakan kayu penato agar warna masuk ke dalam lapisan kulit dan membentuk motif yang diinginkan.

‎Pembuatan tato ini biasanya dilakukan pada sekujur tubuh mulai dari kaki, jari, dada, leher, hingga pipi. Karena proses pembuatannya yang masih sangat tradisional tidak jarang bagian tubuh yang ditato mengeluarkan tetesan darah. ( vda )

Bahasa Indonesia:

Tags: Budaya MentawaiSikereiSipatitiTato Mentawai

Post Terkait

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau   ‎
budaya

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau  ‎

18 September 2025
3
Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 
budaya

Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 

5 Agustus 2025
5
‎Catat, Ini Bahasa yang Paling Banyak Digunakan di Dunia   ‎
budaya

‎Catat, Ini Bahasa yang Paling Banyak Digunakan di Dunia  ‎

4 Agustus 2025
5
Eh Leuho, Tradisi Tidur Siang dari Sabang
budaya

Eh Leuho, Tradisi Tidur Siang dari Sabang

4 Agustus 2025
10
Keberanian Masyarakat Dayak Lewat Tari Mandau   ‎
budaya

Keberanian Masyarakat Dayak Lewat Tari Mandau  ‎

4 Agustus 2025
3
Niki Paleg, Potong Jari Ala Suku Dani
budaya

Niki Paleg, Potong Jari Ala Suku Dani

30 Juli 2025
5
Next Post
Kebersamaan Lewat Tradisi Ngubek Empang 

Kebersamaan Lewat Tradisi Ngubek Empang 

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA POPULER

  • Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harumkan Nama Bengkulu, Izzatul Azizah,  Ukir Prestasi di Dua Kategori  Pada Kejuaraan Pencak Silat Smamuda Festival Championship Se-Malang Raya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Resmi Dilantik, Mulyadi Mandai S.Sos Nahkodai IKSMB Periode 2025 – 2030

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Semangat Hera Juliawati Promosikan Olahraga Taekwondo Virtual di Kabupaten Bekasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sambut HUT RI ke 80, DPD IKM Berkalaborasi  Dengan DPD IKS Kota Bengkulu Gelar Lomba “SONG”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Follow Our Social Media

Informasi

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

Alamat

Jalan Veteran II No 7 C Gambir , Jakarta 10110

Kontak

  • Email : Elly@jurnalbudaya.com
  • Redaksi : 021 87983445

Copyright © 2023 | jurnalbudaya.com 

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup

Copyright © 2024 jurnalbudaya.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In