Sedekah laut adalah tradisi yang rutin digelar setiap setahun sekali, pada tahun baru Islam yang bertepatan dengan tahun baru Jawa.
Lantas bagaimana sejarah di balik tradisi ini? Apa makna dari pelaksanaan, hingga bagaimana tata cara untuk melangsungkan sedekah laut?
Sebelum beranjak lebih jauh, tradisi sedekah laut ini ternyata masih langgeng hingga saat ini di sejumlah daerah di antaranya Gunungkidul, Banyuwangi, Blitar, Cilacap, Tuban, Kebumen, Jepara, Semarang, Trenggalek, Demak, Brebes, dan masih banyak lagi.
Pelaksanaan sedekah laut pun berbeda. Seperti disebutkan, tradisi ini biasa digelar bertepatan dengan tahun baru Jawa.
Namun di beberapa daerah, sedekah laut ini dilangsungkan pada bulan Syawal kalender Hijriah.
Penasaran nggak sih bagaimana sejarah dan tata cara pelaksanaannya? Langsung saja kita cari tahu bersama.
Sejarah Tradisi Sedekah Laut
Melansir laman resmi Visit Jawa Tengah, sedekah laut adalah tradisi para nelayan yang tinggal di wilayah pesisir pantai utara sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan rezeki yang mereka peroleh dari hasil laut.
Seperti yang kita tahu, laut merupakan sumber penghasilan utama para nelayan.
Layaknya perbedaan waktu pelaksanaan sedekah laut, tradisi ini pun memiliki julukan yang berbeda di setiap daerah.
Petik Laut merupakan cara penyebutan sedekah laut bagi masyarakat Banyuwangi, sedangkan di Trenggalek biasa disebut dengan Larung Sembonyo.
Makna Tradisi Sedekah Laut
Dalam prosesi sedekah laut, terkandung doa dan harapan yang dirapalkan masyarakat kepada Sang Pencipta.
Makna dari berbagai prosesi itu tidak lain tidak bukan adalah memohon kesehatan, keselamatan, serta keberkahan hidup di masa yang akan datang.
Sedekah laut adalah bentuk syukur kepada Gusti Ingkang Murbeng Dumadi, jadi patut dilestarikan rasa syukur itu dengan larung sesaji di segara kidul.
Selain untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT agar para nelayan senantiasa diberikan keselamatan dan perlindungan ketika mencari nafkah, upacara sedekah laut ini juga digunakan sebagai ajang silaturahmi.
Tata Cara Sedekah Laut
Festival nelayan atau sedekah laut ini digelar dalam beberapa prosesi. Meski dilaksanakan dengan serangkaian ritual yang berbeda, namun tujuan dari sedekah laut tetaplah sama untuk mengungkapkan rasa syukur.
Melansir laman Visit Jawa Tengah, berikut ini rangkaian prosesi yang dilakukan masyarakat pesisir dalam menggelar tradisi sedekah laut.
1. Ziarah
Acara pertama dalam rangkaian prosesi sedekah laut adalah berziarah ke makam para leluhur.
Tradisi ini masih dilestarikan oleh masyarakat pesisir Cilacap, Jawa Tengah.
2. Persiapan Sesaji
Di setiap daerah, sesajen yang disiapkan untuk acara sedekah laut ini berbeda sesuai dengan ketentuan masing-masing.
Di Pantai Cilacap, sesaji utama dalam tradisi sedekah laut ini adalah kepala kambing, kerbau, atau sapi.
Di samping itu, perlu disiapkan juga berbagai jenis bunga harum seperti mawar, melati, dan kenanga disertai aneka macam jenang (bubur).
Sesajen ini juga dilengkapi dengan jajanan pasar, nasi uduk, lalapan, lauk pauk, serta pakaian.
3. Kirab
Kirab atau arak-arakan ini dilaksanakan untuk membawa sesajen dari lokasi awal yang telah ditentukan, menuju tempat yang menjadi puncak acara sedekah laut.
Misalnya, di Cilacap melaksanakan kirab di sepanjang jalur mulai dari Pendopo Wijayakusuma Cakti, Alun-alun Kota Cilacap, Jalan Ahmad Yani, Jalan Letjen Sutoyo, Brug Menceng, Jalan Laut, dan tujuan terakhir di Pantai Teluk Penyu.
4. Larung Sesaji
Larung sesaji ini merupakan puncak dari prosesi sedekah laut, dengan memindahkan sesaji tadi ke kapal nelayan.
Mereka kemudian berlayar ke tengah laut untuk melarung atau membuang sesajen tersebut ke laut. ***