KESENIAN tradisional menjadi identitas budaya suatu komunitas yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Hal itu mengacu pada bentuk-bentuk seni yang sudah ada dan dilestarikan dalam waktu yang lama oleh sekelompok orang.
Di Sumatera Barat, terdapat kesenian yang menampilkan vokal lagu-lagu modern juga populer sesuai selera masyarakat.
Berikut informasi tentang Salawat Dulang, kesenian tradisional Islami masyarakat Minangkabau.
Apa itu Salawat Dulang?p
Melansir artikel jurnal “Pertunjukan Salawat Dulang di Minangkabau” oleh Syafniati, Firdaus, Amran, Salawat Dulang adalah kesenian tradisional Islami yang berkembang dalam masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat.
Seluruh lapisan masyarakat di pelosok dari desa hingga kota di Minangkabau mengenal dan menggemari kesenian tersebut.
Kesenian Salawat Dulang biasanya dilakukan mulai pukul 21.00 WIB dan diakhiri menjelang pukul 04.00 WIB.
Penyajian Salawat Dulang dibawakan oleh dua kelompok penyanyi yang setiap kelompoknya terdiri dari dua orang laki-laki.
Masing-masing kelompok tampil bernyanyi sambil memukul dulang secara bergantian dengan durasi 50-60 menit.
Dulang berfungsi sebagai pengiring nyanyian yang dipukul dengan tangan kanan.
Satu kali pertunjukan oleh satu grup disebut dengan satu tanggak. Satu tanggak menampilkan susunan lagu, seperti imbauan, khotbah, batang, yamolai, dan cancang.
Awal kehadiran Salawat Dulang dimulai pada saat pedagang Islam dari Arab, India, Cina, dan lain sebagainya menyebarkan agama Islam ke berbagai daerah di Indonesia. Salah satu wilayah yang didatangi yaitu Sumatera bagian utara.
Penyebaran itu akhirnya sampai ke Minangkabau dengan hadirnya seorang murid Syekh Abdurrauf dari Aceh yakni Syekh Burhanuddin.
Sebagai ulama besar di Minangkabau, Syekh Burhanuddin mengajarkan agama Islam ke muridnya.
Salawat Dulang awalnya sarana dakwah tetapi berubah menjadi seni pertunjukan. Pertunjukan itu digelar sebagai hiburan saat Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Miraj, Idul fitri, Idul Adha, tahun baru Hijriah, khataman Alquran, dan lainnya.
Perkembangan Salawat Dulang di Minangkabau
Sejalan dengan perkembangan budaya, kesenian Salawat Dulang di tengah-tengah kehidupan masyarakat mengalami perubahan.
Perkembangan kesenian Salawat Dulang bisa ditemukan pada segi kuantitas dan segi kualitas.
Dari segi kuantitas, terjadi perambahan grup terhadap Salawat Dulang, seperti Arjuna Minang, Sinar Berapi, Langkisau, Alang Babega, Panah Arjuna, Jet Angkasa Apolo II, DC Delapan, Piring Talayang, Peluru Kendali, dan sebagainya.
Sementara itu, pengembangan dari segi kualitas adalah tempat pertunjukan dan perubahan fungsi Salawat Dulang.
Di masa sekarang, pertunjukan tersebut lebih dominan sebagai hiburan walaupun unsur agama Islam-nya masih dipertahankan.
Nah, perkembangan Salawat Dulang merupakan salah satu upaya untuk menghidupkan dan melestarikan kesenian tradisional dalam budaya masyarakat Minangkabau. (*/ted)