Kerito Surong merupakan alat angkut tradisional tertua yang menjadi salah satu karya budaya dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
Kerito surong, masuk dalam domain Tradisi dan Ekspresi Lisan, dan juga ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia sejak tahun 2015.
Sejarawan sekaligus Budayawan Bangka Belitung Akhmad Elvian menjelaskan, alat angkut tradisional khas Bangka ini disebut Kerito Surong oleh pribumi Bangka.
Kalau orang Thionghoa menyebutnya Kai Kung Cha, dan orang Eropa menyebutnya Piepkar yang bermakna gerobak.
“Seorang Raja Siam, Chulalongkorn berkunjung ke Batavia dan singgah di Kota Mentok pada Tahun 1896 Masehi, dalam catatan hariannya, Kerito Surong sebagai alat angkut tertua di Pulau Bangka dan dikatakannya tidak terdapat dibelahan dunia yang lain dengan nama yang berbeda,” kata Akhmad Elvian di Pangkalpinang.
Menurut Akhmad Elvian, yang menjadi pembeda dari Kerito Surong, kalau di Bangka beban alat angkut berada di depan roda kayu dan jika di Cina dan Eropa terdapat pada bagian bahu alat angkut tradisional itu.
Kegunaan Kerito Surong sejak dulu sebagai sarana multifungsi, untuk mengangkut timah, kayu hasil kebun dan mengangkut orang.
Agar fungsi Kerito Surong tetap maksimal, dilakukan perawatan dengan memberi pelumas pada bagian roda, dari minyak tanah dan air.
Saat ini, dikatakannya, alat angkut sudah beragam, Kerito Surong tidak digunakan lagi oleh masyarakat, mengingat banyaknya pilihan lain dan lebih efisien. (rie)