Oktober 25, 2025
Jurnal Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
Home budaya

Aura Mistis Tarian Wumbungo

Redaksi by Redaksi
21 Juni 2025
in budaya
0
Aura Mistis Tarian Wumbungo

‎Wumbungo atau dayango merupakan salah satu tari kreatif milik masyarakat Gorontalo.

Tarian ini dikembangkan oleh masyarakat setempat dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) sejak 2016 lalu.

BACA JUGA

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau  ‎

Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 

‎Mengutip dari warisan budaya.kemdikbud.go.id, awalnya wumbungo merupakan jenis tari tradisional yang dibawakan saat upacara pemujaan roh-roh halus, yakni pemujaan setan dan jin.

Upacara tersebut dilaksanakan oleh kalangan masyarakat tertentu, terutama bagi mereka yang masih tinggal jauh di pedesaan.

‎‎Hingga saat ini, tarian di kalangan tersebut masih hidup dan berkembang. Secara umum, wumbungo diartikan sebagai tarian pemujaan terhadap roh-roh halus.

‎Saat menari, sekujur tubuh para penarinya akan gemetar. Hal tersebut diakibatkan kerasukan roh-roh halus.

‎Dalam bahasa Gorontalo, kondisi orang-orang tersebut disebut ‘ma wumbu-wumbungo’. Dari sanalah nama wumbungo disematkan pada tarian ini.

‎Tarian adat ini boleh dilakukan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Umumnya, tarian ini dilengkapi dengan suara gendang serta nyanyian.

‎Adapun peralatan yang digunakan, meliputi pakaian tari, kain pengikat kepala, dan kain pengikat pinggang. Gerak tarian pada wumbungo biasanya mengikuti iringan ketukan gendang.

‎Sementara itu, perubahan tari atau komposisinya bergantung pada isi, bentuk, serta maksud dari tarian tersebut.

Biasanya, tarian ini dilakukan secara berkelompok dan berpasangan yang terdiri dari pria dan wanita berjumlah delapan orang atau lebih.

‎Menurut tulisan ‘Kala Dayango Jadi Tradisi “Keagamaan” Masyarakat Gorontalo’ oleh Arief Abbas, fenomena dayango atau wumbungo sebenarnya berpotensi menjadi bagian dari ‘tradisi keagamaan’ masyarakat Gorontalo. Mengutip karya JGF Riedel (1862), berdasarkan hikayat (tujai), kata dayango memiliki arti menari.

‎Tarian ini dipraktikkan sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan dan tumbuh bersama kehidupan masyarakat setempat.

Sayangnya, tidak ada penjelasan lebih lanjut terkait tradisi ini dalam karya Riedel.

‎Namun, jika merunut dari latar belakang Riedel yang merupakan seorang Kristen taat dan anak dari seorang penginjil, bisa saja Riedel juga mengasumsikan dayango sebagai praktik animisme.

Sementara itu, dalam konteks masyarakat muslim Gorontalo, dayango merupakan suatu praktik yang seringkali disebut berlawanan dengan Islam.

‎Pasalnya, dayango sama sekali tidak pernah ditemukan di dua korpus besar dalam Islam, yakni Al-Qur’an dan Hadis.

Alhasil, ketika praktik dayango hendak dilakukan, tidak sedikit orang-orang yang berusaha menghentikannya.

‎Meski demikian, keberadaan dayango atau wumbungo sebagai suatu tradisi dan adat istiadat, memang berkaitan erat dengan keagamaan.

Tarian ini masih dilakukan masyarakat setempat hingga saat ini. (*/gus)

‎

‎

‎

‎

Tags: Tarian GorontaloTarian MistisWimbungo

Post Terkait

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau   ‎
budaya

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau  ‎

18 September 2025
3
Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 
budaya

Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 

5 Agustus 2025
5
‎Catat, Ini Bahasa yang Paling Banyak Digunakan di Dunia   ‎
budaya

‎Catat, Ini Bahasa yang Paling Banyak Digunakan di Dunia  ‎

4 Agustus 2025
4
Eh Leuho, Tradisi Tidur Siang dari Sabang
budaya

Eh Leuho, Tradisi Tidur Siang dari Sabang

4 Agustus 2025
10
Keberanian Masyarakat Dayak Lewat Tari Mandau   ‎
budaya

Keberanian Masyarakat Dayak Lewat Tari Mandau  ‎

4 Agustus 2025
3
Niki Paleg, Potong Jari Ala Suku Dani
budaya

Niki Paleg, Potong Jari Ala Suku Dani

30 Juli 2025
5
Next Post
Anggau Siboik-boik, Kuliner Khas Bumi Sikerei

Anggau Siboik-boik, Kuliner Khas Bumi Sikerei

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA POPULER

  • Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harumkan Nama Bengkulu, Izzatul Azizah,  Ukir Prestasi di Dua Kategori  Pada Kejuaraan Pencak Silat Smamuda Festival Championship Se-Malang Raya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Resmi Dilantik, Mulyadi Mandai S.Sos Nahkodai IKSMB Periode 2025 – 2030

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Semangat Hera Juliawati Promosikan Olahraga Taekwondo Virtual di Kabupaten Bekasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sambut HUT RI ke 80, DPD IKM Berkalaborasi  Dengan DPD IKS Kota Bengkulu Gelar Lomba “SONG”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Follow Our Social Media

Informasi

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

Alamat

Jalan Veteran II No 7 C Gambir , Jakarta 10110

Kontak

  • Email : Elly@jurnalbudaya.com
  • Redaksi : 021 87983445

Copyright © 2023 | jurnalbudaya.com 

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup

Copyright © 2024 jurnalbudaya.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In