Pacu Jalur, tradisi balap perahu khas Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau, kini menarik perhatian dunia setelah video gaya tari anak pacu jalur, Togak Luan, viral di media sosial.
Mahviyen Trikon Putra, seorang tokoh Pacu Jalur Kuansing yang pernah menjadi anak Togak Luan mengungkapkan, Pacu Jalur telah menjadi jati diri Kabupaten Kuansing.
“Begitu orang mendengar nama Teluk Kuantan, ibu kota Kuansing, langsung identik dengan negeri Pacu Jalur,” ujarnya seperi dikutip dari laman Kompas.com.
Tradisi ini lahir dari kearifan masyarakat Melayu Kuansing yang dulunya tinggal di pinggir Sungai Kuantan.
Masyarakat saat itu mengandalkan perahu atau jalur sebagai moda transportasi utama, baik untuk orang maupun mengangkut hasil bumi.
”Jalur atau perahu kala itu digunakan untuk alat transportasi orang dan mengangkut hasil bumi,” jelas Mahviyen.
Seiring waktu, muncul ide untuk mengadakan lomba balap perahu.
“Kadang beradu cepat siapa yang lebih dulu sampai ke tepian,” tambahnya.
Dari kebiasaan ini, dibuatlah sampan besar yang dapat menampung banyak orang, yang dikenal sebagai jalur.
“Satu jalur yang berpacu itu, sekarang isinya 45 sampai 60 orang,” sebut Mahviyen.
Sejarah Pacu Jalur
Pacu Jalur konon sudah dimulai pada awal abad ke-17 dan semakin berkembang sekitar tahun 1905.
“Pada saat itu, perlombaan Pacu Jalur diadakan pada momen hari besar Islam,” katanya.
Saat Belanda memasuki Rantau Kuantan pada tahun 1905, Pacu Jalur dilombakan untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda, Wilhelmina.
Seiring perkembangan zaman, Pacu Jalur kini diadakan pada berbagai hari besar di Indonesia, termasuk Hari Kemerdekaan yang menjadi puncak acara setiap bulan Agustus.
Meskipun sebelumnya hanya dikenal di tingkat nasional, Pacu Jalur kini telah menembus batas internasional berkat viralnya gerakan tarian Togak Luan di media sosial.
Berdasarkan penelusuran di media sosial, banyak warga asing yang memparodikan gerakan tarian tersebut. Bahkan pemain bola dunia seperti PSG dan AC Milan turut meramaikan tren ini.
Tarian di ujung jalur kini dikenal sebagai “aura farming”, sebuah istilah yang sedang tren di media sosial.
Mahviyen merasa bangga dengan peningkatan popularitas Pacu Jalur hingga dikenal di negara lain.
“Selaku masyarakat Kuantan Singingi, kami sangat bangga. Dulu hanya dikenal di tingkat nasional, sekarang sudah go internasional,” ungkapnya.
Ia juga mengajak masyarakat Indonesia dan dunia untuk menyaksikan iven Pacu Jalur di Teluk Kuantan, Kabupaten Kuansing, yang akan diadakan pada 20 hingga 25 Agustus 2025 mendatang. ***