DI tengah situasi gencatan senjata antara Israel dan Iran yang masih bertahan, laporan terbaru menyebutkan bahwa Israel mulai kehabisan sejumlah persenjataan penting setelah 12 hari melancarkan operasi militer terhadap Iran.
Mengutip tiga pejabat Amerika Serikat, NBC News pada Selasa (25/6/2025) waktu setempat melaporkan bahwa militer Israel, terutama, kekurangan amunisi dalam jumlah signifikan.
Dua dari pejabat tersebut yang berbicara secara anonim mengatakan bahwa stok senjata presisi dan rudal pertahanan Israel telah sangat menipis.
Laporan ini muncul ketika gencatan senjata yang dimediasi oleh Presiden AS Donald Trump masih bertahan, meski sejumlah serangan terbatas sempat terjadi.
Hingga saat ini, Pemerintah Israel belum memberikan tanggapan resmi atas laporan tersebut.
Namun, diketahui bahwa Israel sangat bergantung pada bantuan militer dari Amerika Serikat.
Dilansir dari Al Jazeera, setiap tahunnya, Washington mengucurkan bantuan militer senilai miliaran dolar kepada Israel.
Selama perang berlangsung, AS juga dilaporkan membantu Israel menghadapi serangan rudal balasan dari Iran, termasuk melalui sistem pertahanan udara.
Iran Hentikan Kerja Sama dengan IAEA
Sementara itu, Iran mengambil langkah tegas dalam sektor nuklirnya. Media pemerintah Iran, Nournews, melaporkan bahwa parlemen Iran telah menyetujui rencana penghentian kerja sama sebagian dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Dalam rancangan yang disahkan, inspektur IAEA hanya diizinkan masuk ke fasilitas nuklir Iran atas persetujuan langsung dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, serta dengan jaminan bahwa kehadiran mereka tidak mengancam keamanan fasilitas tersebut.
Langkah ini menunjukkan respons strategis Teheran terhadap serangan udara Israel dan AS yang menargetkan sejumlah fasilitas nuklir seperti Natanz, Fordow, dan Isfahan.
Meski tidak ada serangan besar sejak dimulainya gencatan senjata, kedua pihak masih saling menaruh curiga.
Laporan soal berkurangnya stok senjata di Israel serta langkah Iran membatasi akses IAEA berpotensi memicu kecurigaan internasional terhadap niat damai masing-masing pihak.
Sejumlah analis memperingatkan bahwa perdamaian jangka panjang tidak akan tercapai tanpa komitmen transparan, khususnya terkait program nuklir Iran dan agenda Israel. (kps)