Sumbawa dikenal dengan banyak tradisi uniknya. Salah satu yang paling menonjol adalah Main Jaran, sebuah lomba balap kuda tradisional yang melibatkan joki cilik.
Tradisi ini tidak hanya menjadi hiburan lokal, tetapi juga merupakan bagian penting dari warisan budaya Sumbawa yang terus dilestarikan hingga kini.
Main Jaran , yang dalam bahasa lokal berarti “balap kuda”, telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Sumbawa sejak lama.
Balapan ini tidak hanya sekedar ajang adu cepat antara kuda, tetapi juga merupakan simbol prestise dan kehormatan bagi para pemilik kuda.
Balapan kuda tradisional ini biasanya diadakan dalam rangkaian perayaan besar, seperti pesta panen atau acara adat, dan selalu berhasil menarik perhatian masyarakat setempat maupun wisatawan .
Kuda yang digunakan dalam balapan ini adalah kuda-kuda lokal yang telah dibor dengan baik.
Mereka dipersiapkan secara khusus untuk mengikuti lomba dan diharapkan mampu menunjukkan kecepatan serta ketangkasan dalam lintasan.
Hal yang membuat Main Jaran di Sumbawa begitu unik adalah peran joki cilik.
Joki cilik adalah anak-anak muda, bahkan sering kali berusia antara 6 hingga 10 tahun, yang berani dan terampil dalam mengendalikan kuda. Mengapa mereka menggunakan joki cilik?
Hal ini dikarenakan bobot tubuh mereka yang ringan, yang membuat kuda dapat berlari lebih cepat.
Meski tampak berisiko, para joki cilik ini telah dilatih dengan baik sejak dini untuk menjaga keseimbangan dan keterampilan berkuda.
Namun demikian, keselamatan bagi joki cilik ini tetap menjadi perhatian penting.
Sebelum mengikuti balapan, mereka diberikan perlengkapan pelindung seperti helm dan pelindung lutut untuk meminimalkan risiko cedera.
Balapan ini dijalankan di bawah pengawasan ketat untuk memastikan bahwa para joki cilik berada dalam kondisi aman saat berlaga.
Bagi penonton, Main Jaran bukan sekadar ajang lomba , melainkan sebuah pengalaman balap yang memacu adrenalin.
Suasana di sekitar arena balap selalu dipenuhi sorak sorai para pendukung yang mendukung jagoan mereka.
Kecepatan kuda yang menderu, ditambah dengan keterampilan joki cilik yang mengendalikan kuda di lintasan, menciptakan sensasi yang sangat menghibur.
Selain itu, balapan ini juga menjadi tempat bagi para peternak kuda lokal untuk menunjukkan kualitas ternak mereka.
Kuda-kuda yang berhasil memenangkan lomba sering kali mendapatkan status yang lebih tinggi dan bahkan dijual dengan harga yang lebih mahal. ***