PABRIK Gula Madukismo berdiri pada tahun 1955 dengan nama pertama Pabrik Gula Padokan.
Ketika masa penjajahan Belanda dulu, pabrik ini sempat hancur dan kembali dibangkitkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Ketika dibangun kembali oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, pabrik ini diberikan nama Pabrik Gula Madukismo.
Tujuan dibangkitkan kembali adalah untuk menolong rakyat karena ada banyak karyawan yang kehilangan pekerjaan semenjak pabrik tersebut dihancurkan.
Dengan dibangkitkan kembali pabrik ini, diharapkan dapat menampung lebih banyak pekerja dan pihak yang ikut berkontribusi dalam menjalan bisnis ini.
Pihak yang ikut diuntungkan mulai dari para petani yang melakukan proses penanaman, pemeliharaan, dan mengambil hasil panen.
Ada beberapa fakta menarik yang dimiliki oleh Pabrik Gula Madukismo dan jarang diketahui oleh banyak orang selain sejarahnya.
Berikut penjelasan faktanya.
1. Pabrik Gula Satu-Satunya di Jogja
Pabrik gula ini telah dikenal sebagai pabrik gula satu-satunya di Jogja yang sudah tua dan masih aktif untuk memproduksi.
Sebelumnya terdapat 17 pabrik gula tertua yang sudah berdiri sejak 1913, tetapi Pabrik Gula Madukismo menjadi satu-satunya yang bertahan.
2. Sebagai Bahan Pembuatan Jembatan Sungai Kwai di Thailand
Uniknya, beberapa mesin produksi yang sudah tidak dipakai dan terbuat dari besi digunakan untuk membangun sebuah jembatan.
Jembatan tersebut berada di Thailand yang dinamakan Jembatan Sungai Kwai.
Jembatan di Thailand ini dapat menghubungkan wilayah Thailand dengan Burma.
Burma dikenal sebagai tempat untuk lokasi pertempuran ketika masa Perang Dunia ke 2.
Saat ini jembatan tersebut dikenal sebagai tempat ziarah untuk mengenang pekerja yang gugur.
3. Tempat Agrowisata Unik
Selain sebagai tempat produksi gula pasir dan alkohol/spirtus, tempat ini juga bisa menjadi tempat wisata.
Biasanya, wisata ini dikenal sebagai Agrowisata PT. Madubaru PG PS Madukismo.
Tentunya pengunjung bisa mendapatkan banyak pengalaman menarik mulai dari edukasi tentang proses pembuatan gula pasir dan alkohol.
Bahkan pengunjung mendapatkan kesempatan untuk menaiki kereta yang biasa digunakan untuk mengangkut tebu.
4. Memiliki Tradisi Cembengan
Pabrik gula ini memiliki tradisi yang dikenal sebagai tradisi Cembengan.
Tradisi tersebut merupakan sebuah ritual untuk memohon doa restu sehingga proses penggilingan bisa berjalan dengan lancar.
Namun, saat ini berubah menjadi sebuah pesta rakyat meriah yang biasa diadakan oleh masyarakat sekitar pabrik.
Pelaksanaannya dilakukan dengan cara berziarah, melakukan ritual sesaji, memohon doa keselamatan, dan pergelaran wayang kulit.
Kemudian, ritual dilanjutkan dengan melakukan tradisi manten tebu. Tradisi dilakukan dengan cara menikahkan dua batang tebu sebelum masuk ke dalam penggilingan.***