TINGGAL di negeri orang atau marantau, adalah budaya turun temurun masyarakat Minang.
Dengan marantau adalah sebuah budaya dan tradisi, juga sebuah pilihan untuk mambangkik batang tarandam (ekonomi keluarga).
Untuk mengobati rindu, banyak hal yang dilakukan. Selain berkumpul dengan sesama perantau atau bernostalgia ke anjungan Sumatera Barat di TMII serta bersama keluarga ke warung Padang.
Belakangan ada pula sebuah tradisi yang kembali menggeliat dalam bentuk pulang Basamo yang belakangan banyak diinisiasi oleh tokoh Minang di perantauan.
Bagaimana untuk berinteraksi dengan akar budaya Minang di perantauan? Tak usah kuatir, sejumlah sineas di tanah air telah banyak yang menggarap budaya dan cerita Minang ke layar lebar.
Tak bisa dipungkiri, film berlatar budaya Minang bisa menjadi pengobat rindu akan kampung halaman bagi Anda yang berasal dari Sumatera Barat.
Selain bahasa ibu yang digunakan dalam dialog film, beberapa budaya khas Minang yang diangkat juga bisa menerbitkan kerinduan masa kecil.
Berikit 7 Rekomendasi Film Berlatar Budaya Minang yang Wajib Ditonton :
1. Tenggelamnya Kapal Van de WIjk (2013)
Diadaptasi dari novel klasik, film ini menceritakan kisah cinta segitiga antara Zainuddin, Aziz dan Hayati.
Perbedaan latar belakang membuat cinta Hayati dan Zainuddin tak bisa bersatu, hingga tragedi tenggelamnya kapal membuat cinta mereka abadi.
2. Liam dan Laila (2018), Film Berlatar Budaya Minang
Rilis pada tahun 2018, film ini terinspirasi dari kisah nyata. Menceritakan pergolakan batin Laila yang berusia 31 tahun namun belum menikah.
Hingga kemudian teman online Laila dari Perancis datang ke Indonesia untuk menemuinya.
Perbedaan budaya dan bahasa menjadi intrik yang menarik di film ini.
Liam harus berjuang menghadapi birokrasi hingga adat setempat untuk bisa menikahi Laila, wanita pujaan hatinya.
3. Di bawah Lindungan Ka’bah (2011)
Diangkat dari novel klasik, film yang dibintangi Herjunot Ali dan Laudya Cintya Bella ini mengangkat kisah cinta yang tak sampai.
Hamid dan Zainab saling mencintai, namun perbedaan status sosial membuat mereka sulit untuk bersatu.
Apalagi ada adat ketat yang menghalangi cinta mereka. Hingga Hamid difitnah melakukan hal tak senonoh dan diusir dari desa.
4. Ranah 3 Warna (2021)
Perjalanan Alif Fikri setelah lulus dari Pondok Madani adalah berjuang menjadi mahasiswa dan tetap meraih impiannya jadi jurnalis sambil mencari cara agar bisa pergi ke Amerika.
Impian dan kenyataan bertabrakan ketika ayahanda Alif meninggal dunia membuat Alif harus bekerja untuk menjadi tulang punggung keluarga.
Kini tak cukup hanya bersungguh-sungguh, ia juga harus belajar sabar agar mendapatkan hasil terbaik yang dijanjikan Allah.
5. Surau dan Silek (2017)
Berkisah tentang anak yatim bernama Adil yang berusia 11 tahun, ia sangat ingin almarhum ayahnya masuk surga.
Namun ia juga ingin menang dalam lomba pencak silat di kampungnya.
Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang pensiunan dosen yang mengajarkannya makna sejati dari olahraga pencak silat tersebut.
6. Onde mande (2023)
Bercerita tentang Angku Wan yang memenangkan hadiah undian senilai 2 Miliar.
Akan tetapi sebelum sempat menerima hadiah tersebut, Angku Wan malah meninggal dunia.
Para warga desa tempat tinggal Angku Wan bekerjasama untuk menyembunyikan kematian pria tersebut dan mendapatkan hadiah 2 Miliar demi memajukan desa. Akankah mereka berhasil?
7. Buya Hamka (2023), Film Berlatar Budaya Minang tentang Tokoh Bangsa
Merupakan film biografi tentang salah satu tokoh agama terkemuka asal Minang yakni Buya Hamka.
Kisah bagaimana Hamka menjadi penulis sastra, menghadapi tekanan dari penjajah Jepang juga kisah rumah tangganya dengan sang istri. ***
