JIKA kalian mendatangi pantai di Srilanka, maka sejauh mata memandang akan terlihat siluet-siluet unik berdiri tegak di tengah deburan ombak.
Bukan tiang bendera, melainkan para pemancing yang bertengger di atas sebatang bambu yang tertancap di dasar laut.
Inilah tradisi memancing Stilt Fishing, sebuah warisan budaya tak benda yang telah berusia berabad-abad dan masih lestari hingga kini.
Bertahan di Tengah Badai
Tradisi memancing yang tak lazim ini melibatkan keahlian dan ketahanan luar biasa.
Para pemancing, yang sebagian besar adalah pria tua, dengan sigap memanjat batang bambu setinggi beberapa meter, lalu duduk di sebuah palang silang yang dipasang di tengahnya.
Di sana, mereka akan bertahan selama berjam-jam, memegang erat joran bambu sederhana, menanti ikan-ikan kecil seperti makarel atau sarden untuk menyambar umpan.
Yang paling mencengangkan adalah bagaimana batang-batang bambu ini mampu bertahan kokoh menghadapi terpaan ombak yang terkadang cukup besar.
Keunikan ini menimbulkan decak kagum bagi siapa saja yang menyaksikannya.
Konon, teknik penancapan bambu ini telah diwariskan secara turun-temurun, dengan pemilihan jenis bambu yang tepat dan cara menancapkannya ke dasar laut yang menjadi rahasia keberhasilannya.
Asal-usul yang Misterius
Asal-usul pasti dari tradisi Stilt Fishing ini masih diselimuti misteri. Beberapa ahli sejarah percaya bahwa tradisi ini mungkin muncul setelah Perang Dunia II, ketika terjadi kekurangan tempat memancing dan para nelayan mencari cara inovatif untuk menjangkau ikan di perairan dangkal.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa praktik ini telah ada jauh sebelum itu, menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat pesisir Sri Lanka.
Terlepas dari asal-usulnya, yang jelas, Stilt Fishing telah menjadi simbol identitas bagi masyarakat pesisir di Sri Lanka selatan, khususnya di sekitar kota-kota seperti Weligama, Ahangama, dan Koggala.
Para pemancing Stilt bukan hanya mencari nafkah, tetapi juga menjaga api tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Daya Tarik Wisata dan Tantangan Modern
Saat ini, Stilt Fishing tidak hanya menjadi mata pencarian, tetapi juga daya tarik wisata yang populer.
Banyak wisatawan datang khusus untuk menyaksikan keunikan ini, mengabadikannya dalam foto-foto yang menakjubkan.
Beberapa pemancing bahkan bersedia berpose untuk wisatawan dengan imbalan kecil, menunjukkan adaptasi tradisi ini di era modern.
Namun, tradisi ini juga menghadapi tantangan. Perubahan iklim, polusi laut, dan berkurangnya populasi ikan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan Stilt Fishing.
Generasi muda pun semakin enggan untuk meneruskan tradisi yang melelahkan ini, lebih memilih pekerjaan lain yang dianggap lebih menjanjikan.
Meski demikian, semangat untuk melestarikan Stilt Fishing tetap menyala.
Berbagai upaya dilakukan, baik oleh pemerintah maupun komunitas lokal, untuk memastikan bahwa tradisi memancing yang unik ini tidak akan hilang ditelan waktu.
Stilt Fishing bukan sekadar cara memancing, melainkan manifestasi ketahanan, kearifan lokal, dan hubungan harmonis manusia dengan alam yang patut kita apresiasi dan lestarikan. (gus)