SAAT mendengar tari Kuda Lumping terkadang sudah bisa membuat kita terbayang suasana pagelarannya atau setidaknya membayangkan gerak-gerik dan ciri khas tariannya.
Kuda Lumping memang termasuk tarian yang banyak kita kenal sejak masa kecil.
Tarian yang satu ini asalnya dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Jathilan adalah sebutan lain dari kuda lumping.
Dengan bantuan properti kuda yang didesain khusus, kemudian sekelompok penari akan menari dan ini menjadi ciri khas Tari Kuda Lumping.
Nama yang dimiliki tarian ini berbeda di setiap daerahnya. Contohnya, Kuda Lumping di Jawa Barat, Jathilan Hamengkubuwono di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Jaran Kepang di Surabaya, Jaranan Sang Hyang di Bali, Jaranan Buto di Banyuwangi, sampai Jaranan Turonggo Yakso di Trenggalek.
Tarian ini punya salah satu keunikan yang paling menonjol, yakni hadirnya aksi kesurupan yang ditonton secara bebas dengan pengendalian seorang pawang.
Ada pula atraksi kekuatan magis, badan kebal, makan beling, dan lain sebagainya.
Tari Kuda Lumping juga memiliki makna dan sejarah tersendiri, sama seperti seni tari atau bahkan kesenian lainnya.
Mari kenali lebih dalam tentang Tari Kuda Lumping!
Kuda Lumping yang juga kerap disebut Jathilan atau Jaran Kepang oleh masyarakat Jawa, dan merupakan tari tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit yang tengah menunggang kuda.
Tari Kuda Lumping berasal dari Ponorogo, tarian ini menggunakan bambu atau bahan lainnya yang dipotong dan dianyam menyerupai bentuk kuda, ditambah hiasan rambut tiruan dari tali plastik yang digelung atau dikepang, atau sejenisnya. Cat atau kain beraneka warna akan menghias anyaman kuda ini.
Biasanya, tarian Kuda Lumping cuma menyuguhkan adegan prajurit berkuda.
Namun, terdapat beberapa penampilan Kuda Lumping yang menampilkan atraksi kekebalan, kesurupan, sampai kekuatan magis.
Misalnya, atraksi kekebalan tubuh terhadap pecut dan memakan beling.
Kuda Lumping sebagai Jaran Kepang sendiri merupakan bagian dari pagelaran tari reog.
Meski berasal dari Jawa, tetapi tarian ini juga diwariskan oleh orang Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan beberapa daerah lain di luar Indonesia, seperti Suriname, Malaysia, Hong Kong, Jepang, sampai Amerika.
Tarian kuda lumping punya sejarah yang masih sangat simpang siur.
Pasalnya, terdapat sangat banyak versi yang beredar tentang asal-usul tarian ini. Adapun, masih belum jelas kebenaran atau sumber asli dari masing-masing versi tersebut.
Paling terkenal, terdapat lima versi asal-usul kuda lumping dan terbentuknya tarian ini. Yuk, simak dengan seksama.
1. Berdasarkan versi pertama, Tari Kuda Lumping sudah hadir sejak zaman primitif.
Tarian ini dipakai dalam ritual yang sifatnya magis atau upacara adat. Semua properti yang digunakan awalnya sangat sederhana, tetapi terus berubah dan berkembang seiring melajunya waktu.
2. Menurut versi kedua, Tari Kuda Lumping ialah bentuk dukungan penuh atau apresiasi dari rakyat jelata terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro dan pasukan kudanya dalam mengusir dan melawan para penjajah.
3. Ada pula versi ketiga yang menganggap asal-usul Tari Kuda Lumping adalah gambaran atas perjuangan Sunan Kalijaga dan Raden Patah beserta para pasukannya dalam mengusir para penjajah dari Nusantara.
4. Dalam versi keempat, tarian yang satu ini dianggap berasal dari penggambaran proses latihan pasukan perang Kerajaan Mataram yang dikomandoi oleh Sultan Hamengku Buwono I dalam menghadapi jajahan Belanda.
5. Adapun versi terakhir dari asal-usul kuda lumping ialah versi yang paling lengkap, yakni menceritakan tentang seorang raja tanah Jawa yang sangat sakti.
Meski berbagai versi tersebut belum jelas yang kebenarannya terbukti, tetapi itu bukanlah masalah besar.
Itu artinya, yang terpenting dan mesti diingat, kebudayaan yang satu ini ialah asli Indonesia sejak zaman dulu.
Tarian Kuda Lumping memiliki keunikan tersendiri berupa adanya berbagai hal mistis yang tak biasa kita temui.
Decak kagum penonton tentulah terundang atas perpaduan antara alam nyata dan alam gaib ini, sebab berbagai atraksi dalam kuda lumping dilakukan meski tampak berada di luar nalar kemampuan manusia sadar.
Biasanya, tradisi kuda lumping tampil di berbagai acara umum ataupun khusus, seperti perayaan hari besar, pesta pernikahan, serta momen lainnya.
Menurut Pelajarindo.com, jika penari mulai menunjukkan atraksi makan beling, makan bara api, lompat ke bara api, sampai berjalan di atas pecahan kaca, saat itulah fase dengan kekuatan supernatural muncul.
Uniknya lagi, mereka akan menari dalam kondisi kesurupan.
Meski begitu, Tari Kuda Lumping rupanya mengandung makna tersendiri di samping ciri khas dan kengerian tersebut. Berikut ialah dua maknanya:
1. Kenyataan Alam Gaib
Kesenian yang satu ini punya ciri khas berupa perpaduan alam nyata dan alam gaib.
Di depan semua orang, penari membuktikan bahwa alam gaib yang cenderung ditakuti itu bukanlah sekadar cerita, melainkan benar adanya.
Sebagai bukti, penari bisa kehilangan kesadaran dan melangkah ke kondisi kesurupan.
Mereka sangat berani dan melakukan beragam atraksi di luar kemampuan manusia biasa, bahkan condong ke arah yang tak bisa dilakukan tanpa bantuan makhluk halus dengan izin Tuhan.
2. Watak Manusia
Terdapat makna tentang sifat manusia selama hidup di dunia meski ada pula hal magis dan mistis dalam tarian kuda lumping.
Pasalnya, kita akan menemukan orang yang berwatak baik maupun berwatak jahat sepanjang hidup.
Makna ini akan muncul kala pertunjukkan baru dimulai, yakni saat penari bersikap anggun, lembut, dan tampak baik-baik saja.
Sikap mereka baru berubah dengan sesaat setelah masuknya roh gaib, kemudian, tingkah mereka menjadi sulit dikontrol, liar, dan beringas. ***