Oktober 22, 2025
Jurnal Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
Home budaya

Kuda Lumping, Atraksi Budaya yang Mendebarkan 

Redaksi by Redaksi
8 Mei 2025
in budaya
0
Kuda Lumping, Atraksi Budaya yang Mendebarkan 

SAAT mendengar tari Kuda Lumping terkadang sudah bisa membuat kita terbayang suasana pagelarannya atau setidaknya membayangkan gerak-gerik dan ciri khas tariannya.

Kuda Lumping memang termasuk tarian yang banyak kita kenal sejak masa kecil.

BACA JUGA

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau  ‎

Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 

‎Tarian yang satu ini asalnya dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Jathilan adalah sebutan lain dari kuda lumping.

Dengan bantuan properti kuda yang didesain khusus, kemudian sekelompok penari akan menari dan ini menjadi ciri khas Tari Kuda Lumping.

‎Nama yang dimiliki tarian ini berbeda di setiap daerahnya. Contohnya, Kuda Lumping di Jawa Barat, Jathilan Hamengkubuwono di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Jaran Kepang di Surabaya, Jaranan Sang Hyang di Bali, Jaranan Buto di Banyuwangi, sampai Jaranan Turonggo Yakso di Trenggalek.

‎Tarian ini punya salah satu keunikan yang paling menonjol, yakni hadirnya aksi kesurupan yang ditonton secara bebas dengan pengendalian seorang pawang.

Ada pula atraksi kekuatan magis, badan kebal, makan beling, dan lain sebagainya.

‎Tari Kuda Lumping juga memiliki makna dan sejarah tersendiri, sama seperti seni tari atau bahkan kesenian lainnya.

Mari kenali lebih dalam tentang Tari Kuda Lumping!

‎Kuda Lumping yang juga kerap disebut Jathilan atau Jaran Kepang oleh masyarakat Jawa, dan merupakan tari tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit yang tengah menunggang kuda.

Tari Kuda Lumping berasal dari Ponorogo, tarian ini menggunakan bambu atau bahan lainnya yang dipotong dan dianyam menyerupai bentuk kuda, ditambah hiasan rambut tiruan dari tali plastik yang digelung atau dikepang, atau sejenisnya. Cat atau kain beraneka warna akan menghias anyaman kuda ini.

‎Biasanya, tarian Kuda Lumping cuma menyuguhkan adegan prajurit berkuda.

Namun, terdapat beberapa penampilan Kuda Lumping yang menampilkan atraksi kekebalan, kesurupan, sampai kekuatan magis.

Misalnya, atraksi kekebalan tubuh terhadap pecut dan memakan beling.

‎Kuda Lumping sebagai Jaran Kepang sendiri merupakan bagian dari pagelaran tari reog.

Meski berasal dari Jawa, tetapi tarian ini juga diwariskan oleh orang Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan beberapa daerah lain di luar Indonesia, seperti Suriname, Malaysia, Hong Kong, Jepang, sampai Amerika.

‎Tarian kuda lumping punya sejarah yang masih sangat simpang siur.

Pasalnya, terdapat sangat banyak versi yang beredar tentang asal-usul tarian ini. Adapun, masih belum jelas kebenaran atau sumber asli dari masing-masing versi tersebut.

‎Paling terkenal, terdapat lima versi asal-usul kuda lumping dan terbentuknya tarian ini. Yuk, simak dengan seksama.

1. ‎Berdasarkan versi pertama, Tari Kuda Lumping sudah hadir sejak zaman primitif.

Tarian ini dipakai dalam ritual yang sifatnya magis atau upacara adat. Semua properti yang digunakan awalnya sangat sederhana, tetapi terus berubah dan berkembang seiring melajunya waktu.

2. ‎Menurut versi kedua, Tari Kuda Lumping ialah bentuk dukungan penuh atau apresiasi dari rakyat jelata terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro dan pasukan kudanya dalam mengusir dan melawan para penjajah.

3. ‎Ada pula versi ketiga yang menganggap asal-usul Tari Kuda Lumping adalah gambaran atas perjuangan Sunan Kalijaga dan Raden Patah beserta para pasukannya dalam mengusir para penjajah dari Nusantara.

‎4. Dalam versi keempat, tarian yang satu ini dianggap berasal dari penggambaran proses latihan pasukan perang Kerajaan Mataram yang dikomandoi oleh Sultan Hamengku Buwono I dalam menghadapi jajahan Belanda.

5. ‎Adapun versi terakhir dari asal-usul kuda lumping ialah versi yang paling lengkap, yakni menceritakan tentang seorang raja tanah Jawa yang sangat sakti.

‎Meski berbagai versi tersebut belum jelas yang kebenarannya terbukti, tetapi itu bukanlah masalah besar.

Itu artinya, yang terpenting dan mesti diingat, kebudayaan yang satu ini ialah asli Indonesia sejak zaman dulu.

‎Tarian Kuda Lumping memiliki keunikan tersendiri berupa adanya berbagai hal mistis yang tak biasa kita temui.

Decak kagum penonton tentulah terundang atas perpaduan antara alam nyata dan alam gaib ini, sebab berbagai atraksi dalam kuda lumping dilakukan meski tampak berada di luar nalar kemampuan manusia sadar.

Biasanya, tradisi kuda lumping tampil di berbagai acara umum ataupun khusus, seperti perayaan hari besar, pesta pernikahan, serta momen lainnya.

‎Menurut Pelajarindo.com, jika penari mulai menunjukkan atraksi makan beling, makan bara api, lompat ke bara api, sampai berjalan di atas pecahan kaca, saat itulah fase dengan kekuatan supernatural muncul.

Uniknya lagi, mereka akan menari dalam kondisi kesurupan.

‎Meski begitu, Tari Kuda Lumping rupanya mengandung makna tersendiri di samping ciri khas dan kengerian tersebut. Berikut ialah dua maknanya:

‎1. Kenyataan Alam Gaib

‎Kesenian yang satu ini punya ciri khas berupa perpaduan alam nyata dan alam gaib.

Di depan semua orang, penari membuktikan bahwa alam gaib yang cenderung ditakuti itu bukanlah sekadar cerita, melainkan benar adanya.

‎Sebagai bukti, penari bisa kehilangan kesadaran dan melangkah ke kondisi kesurupan.

Mereka sangat berani dan melakukan beragam atraksi di luar kemampuan manusia biasa, bahkan condong ke arah yang tak bisa dilakukan tanpa bantuan makhluk halus dengan izin Tuhan.

‎2. Watak Manusia

‎Terdapat makna tentang sifat manusia selama hidup di dunia meski ada pula hal magis dan mistis dalam tarian kuda lumping.

Pasalnya, kita akan menemukan orang yang berwatak baik maupun berwatak jahat sepanjang hidup.

‎Makna ini akan muncul kala pertunjukkan baru dimulai, yakni saat penari bersikap anggun, lembut, dan tampak baik-baik saja.

Sikap mereka baru berubah dengan sesaat setelah masuknya roh gaib, kemudian, tingkah mereka menjadi sulit dikontrol, liar, dan beringas. ***

‎

‎

Tags: JathilanKuda LumpingTari kuda lumping

Post Terkait

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau   ‎
budaya

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau  ‎

18 September 2025
3
Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 
budaya

Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 

5 Agustus 2025
5
‎Catat, Ini Bahasa yang Paling Banyak Digunakan di Dunia   ‎
budaya

‎Catat, Ini Bahasa yang Paling Banyak Digunakan di Dunia  ‎

4 Agustus 2025
4
Eh Leuho, Tradisi Tidur Siang dari Sabang
budaya

Eh Leuho, Tradisi Tidur Siang dari Sabang

4 Agustus 2025
10
Keberanian Masyarakat Dayak Lewat Tari Mandau   ‎
budaya

Keberanian Masyarakat Dayak Lewat Tari Mandau  ‎

4 Agustus 2025
3
Niki Paleg, Potong Jari Ala Suku Dani
budaya

Niki Paleg, Potong Jari Ala Suku Dani

30 Juli 2025
5
Next Post
Deretan Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia   ‎

Deretan Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia  ‎

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA POPULER

  • Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harumkan Nama Bengkulu, Izzatul Azizah,  Ukir Prestasi di Dua Kategori  Pada Kejuaraan Pencak Silat Smamuda Festival Championship Se-Malang Raya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Resmi Dilantik, Mulyadi Mandai S.Sos Nahkodai IKSMB Periode 2025 – 2030

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Semangat Hera Juliawati Promosikan Olahraga Taekwondo Virtual di Kabupaten Bekasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sambut HUT RI ke 80, DPD IKM Berkalaborasi  Dengan DPD IKS Kota Bengkulu Gelar Lomba “SONG”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Follow Our Social Media

Informasi

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

Alamat

Jalan Veteran II No 7 C Gambir , Jakarta 10110

Kontak

  • Email : Elly@jurnalbudaya.com
  • Redaksi : 021 87983445

Copyright © 2023 | jurnalbudaya.com 

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup

Copyright © 2024 jurnalbudaya.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In