PERNIKAHAN adalah sebuah hal sakral yang dilalui anak cucu Adam dalam membangun silaturahmi, kebersamaan serta cara halal untuk melanjutkan keturunan.
Banyak hal unik yang ditemukan saat acara pernikahan itu dilakukan. Setiap daerah, tentunya berbeda pula tradisi dan prosesinya.
Salah satu diantaranya adalah tradisi menyambut tamu mempelai pria di kediaman mempelai perempuan.
Palang Pintu merupakan tahapan dari prosesi pernikahan adat Betawi yang menggabungkan unsur laga pencak silat, adu pantun, hingga pembacaan ayat suci Al-Quran dan shalawat.
Palang artinya adalah penghalang bagi setiap orang untuk lewat, sementara pintu berarti akses masuk ke dalam suatu wilayah yang dituju.
Dengan kata lain, palang pintu memiliki makna sebuah penghalang bagi siapa saja yang ingin memasuki daerah setempat.
Mengutip buku Panduan Prosesi Adat Perkawinan Betawi Buke Palang Pintu (2013) yang ditulis oleh Bachtiar, kemunculan tradisi Palang Pintu pertama kali dialami oleh seorang tokoh Betawi bernama Si Pitung (1874-1903).
Ia mulai melakukan prosesi Palang Pintu saat akan mempersunting Aisyah yang berstatus sebagai putri pesohor Betawi, yaitu Murtadho.
Si Pitung diharuskan untuk mampu melawan Murtadho yang kala itu menjadi Palang Pintu dari prosesi pernikahan sang putri.
Hingga akhirnya, Si Pitung pun berhasil menembus perlawanan Murtadho dan kemudian diizinkan untuk menikahi Aisyah.
Sejak saat itu, Palang Pintu menjadi tradisi yang selalu dilakukan oleh masyarakat suku Betawi di hari pernikahan.
Tujuan dari ritual Palang Pintu adalah untuk menguji kesungguhan calon mempelai pria dalam mempersunting calon mempelai wanitanya.
Pada dasarnya, Palang Pintu adalah sebuah prosesi untuk ‘menghalangi’ pihak mempelai laki-laki yang ingin memasuki wilayah tertentu.
Ia harus mempelajari lebih dulu bagaimana norma adat yang dijunjung oleh pihak keluarga mempelai wanita, yaitu dengan cara melewati tantangan yang diberikan oleh Jawara dari pihak mempelai perempuan.
Jawara yang ditunjuk umumnya merupakan orang paling kuat di lingkungan keluarga atau wilayah setempat.
Prosesi Palang Pintu
Masing-masing pengantin akan mewakilkan jawaranya untuk memimpin jalannya prosesi Palang Pintu.
Tradisi ini diawali dengan tibanya iring-iringan pengantin pria menuju kediaman mempelai wanita, namun sebelum rombongan mempelai pria masuk, mereka akan dihadang oleh Jawara dari pihak mempelai perempuan.
Kemudian dilanjutkan dengan sesi dialog pembukaan dari kedua belah pihak Jawara keluarga.
Usai terjadinya percakapan sambutan, mereka pun saling berbalas pantun satu sama lain, tetapi lambat laun intonasinya akan semakin naik sehingga membuat atmosfer kian memanas.
Barulah setelah itu terjadi atraksi silat yang cukup alot untuk menguji kemampuan dari Jawara pihak calon mempelai pria.
Pertarungan silat tersebut kemudian dimenangkan oleh calon pengantin laki-laki.
Selanjutnya, keluarga mempelai wanita akan melihat kepandaian mempelai pria dalam melantunkan ayat suci Al-Quran sebelum dipersilakan memasuki ruangan.
Makna Tradisi Palang Pintu
Aksi melontarkan pantun dan unjuk kebolehan dalam atraksi silat ini mengandung makna tersendiri dalam kepercayaan masyarakat Betawi, yaitu seorang pria sebagai kepala keluarga harus memiliki kemampuan untuk melindungi dan menjaga keluarganya dari berbagai marabahaya.
Ia juga harus bisa membuat keluarga kecilnya selalu dilimpahi kebahagiaan dan keceriaan.
Sementara pembacaan ayat suci Al-Quran menyimbolkan bahwa seorang pria harus dapat menjadi imam yang baik bagi anggota keluarganya. (rif)