Oktober 21, 2025
Jurnal Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
Home budaya

Randai, Tradisi Minang yang Tak Lekang oleh Zaman 

Redaksi by Redaksi
26 Mei 2025
in budaya, Tradisi
0
Randai, Tradisi Minang yang Tak Lekang oleh Zaman 

‎RANDAI adalah kesenian khas Minangkabau, yang berupa teater rakyat.

‎‎Kesenian tradisional randai menggabungkan seni lagu, tari, musik, drama, dan silat menjadi satu kesatuan.

BACA JUGA

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau  ‎

Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 

‎Disebut sebagai kesenian khas Minangkabau, karena randai hanya terdapat di Minangkabau.

‎‎Di daerah lain tidak dikenal kesenian randai, jika ada kesenian yang serupa, nama dan seni pertunjukkannya akan berbeda.

‎‎Konon, kesenian ini berasal dari perguruan silat di Sumatera Barat.

‎‎Para pakar mengatakan bahwa randai memiliki unsur pokok, yaitu cerita, dialog dan akting, galombangan, dan gurindam.

‎‎Keempat unsur tersebut tidak boleh ditiadakan, sebab jika salah satu tidak ada maka tidak dapat dikatakan kesenian randai.

‎‎Randai merupakan kesenian untuk hiburan yang biasa dipertunjukkan saat pesta rakyat atau hari raya Idul Fitri.

‎‎Asal-usul Randai

‎‎Pada masa lalu, randai menjadi sarana komunikasi penting penduduk Minangkabau.

‎‎Randai berasal dari kata marandai atau malinka yang artinya membentuk lingkaran.

‎‎Randai memiliki makna lain yang berasal dari kata randai, yaitu ber(h)andai yang artinya berkeinginan atau bertutur yang menggunakan kalimat-kalimat kiasan atau kata-kata samar.

‎‎Pada masa lalu pemeran teater randai semua laki-laki. Bila dalam cerita ada tokoh perempuan, maka peran tersebut dimainkan oleh laki-laki.

‎‎Pemeran tokoh wanita dipilih berdasarkan fisik. Karena, pemeran wanita harus terlihat cantik saat memerankan tokoh itu.

‎‎Sebagai catatan, laki-laki yang memerankan tokoh wanita bukan waria, saat dialog tidak merubah suaranya menjadi suara perempuan.

‎‎Tokoh perempuan umumnya hanya menjadi primadona dalam pertunjukan randai. Pada perkembangannya, randai dapat dimainkan oleh semua kalangan.

‎‎Namun kostum dan tata rias pemain adalah perempuan.

‎‎Cara Permainan Randai

‎‎Dalam kesenian atau permainan randai ini dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran. Dalam satu kelompok diisi 14 sampai 25 orang.

‎Anggota randai biasanya disebut dengan anak randai yang berasal dari kalangan pedagang, pengrajin, dan petani dari daerah setempat.

‎Selanjutnya, para pemain akan melangkah secara perlahan sembari menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-ganti.

‎Randai dipimpin oleh seorang yang disebut panggoreh.

Selain ikut dalam permainan, ia memiliki tugas untuk mengeluarkan teriakan khas, seperti hep! tah! tih!.

‎Teriakan itu untuk menentukan cepat lambatnya tempo gerakan.

Tujuannya supaya randai dimainkan secara rampak dan indah di mata penonton.

‎Dalam satu grup, biasanya ada beberapa panggoreh, maksudnya untuk mengantisipasi jika ada panggoreh yang kelelahan.

‎Sebab, dalam satu cerita randai dapat menghabiskan satu sampai lima jam bahkan lebih.

‎Selain itu, salah satu pemain bertugas memberikan aba-aba dalam permainan. Pemain itu disebut sebagai janang.

‎Cerita Randai

‎Sumber cerita randai adalah cerita rakyat yang bertemakan budi pekerti, susila, malu, pendidikan, dan menanamkan kesadaran berbangsa.

‎Cerita randai dapat dikembangkan menjadi cerita baru. Namun supaya tetap memiliki akar Minangkabau, cerita baru itu mengandung nilai-nilai kehidupan masyarakat Minangkabau, baik nilai-nilai kehidupan masa silam atau masa kini.

‎Sumber cerita yang dimainkan dalam randai adalah Kaba atau cerita rakyat. Kaba merupakan prosa berirama sastra Minangkabau tradisional yang diceritakan dalam dendang.

‎Kaba diceritakan secara turun temurun sehingga banyak variasi dan versi.

‎Kaba yang terkenal adalah Kaba Anggun Nan Tonga Magek Jabang, dianggap sebagai puncak dari semua Kaba.

‎Cerita lainnya adalah Sabai Nan Aluih, Cindua Mato, dan Anggun Nan Tongga. ***

‎

Tags: Budaya RandaiCerita RandaiTradisi Randai

Post Terkait

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau   ‎
budaya

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau  ‎

18 September 2025
3
Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 
budaya

Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 

5 Agustus 2025
5
Udang Selingkuh, Camilan Unik dari Papua
Camilan

Udang Selingkuh, Camilan Unik dari Papua

4 Agustus 2025
5
‎Catat, Ini Bahasa yang Paling Banyak Digunakan di Dunia   ‎
budaya

‎Catat, Ini Bahasa yang Paling Banyak Digunakan di Dunia  ‎

4 Agustus 2025
4
Eh Leuho, Tradisi Tidur Siang dari Sabang
budaya

Eh Leuho, Tradisi Tidur Siang dari Sabang

4 Agustus 2025
10
Keberanian Masyarakat Dayak Lewat Tari Mandau   ‎
budaya

Keberanian Masyarakat Dayak Lewat Tari Mandau  ‎

4 Agustus 2025
3
Next Post
Reog, Budaya Jawa yang Diakui Dunia

Reog, Budaya Jawa yang Diakui Dunia

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA POPULER

  • Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harumkan Nama Bengkulu, Izzatul Azizah,  Ukir Prestasi di Dua Kategori  Pada Kejuaraan Pencak Silat Smamuda Festival Championship Se-Malang Raya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Resmi Dilantik, Mulyadi Mandai S.Sos Nahkodai IKSMB Periode 2025 – 2030

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Semangat Hera Juliawati Promosikan Olahraga Taekwondo Virtual di Kabupaten Bekasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sambut HUT RI ke 80, DPD IKM Berkalaborasi  Dengan DPD IKS Kota Bengkulu Gelar Lomba “SONG”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Follow Our Social Media

Informasi

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

Alamat

Jalan Veteran II No 7 C Gambir , Jakarta 10110

Kontak

  • Email : Elly@jurnalbudaya.com
  • Redaksi : 021 87983445

Copyright © 2023 | jurnalbudaya.com 

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup

Copyright © 2024 jurnalbudaya.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In