Oktober 24, 2025
Jurnal Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
Home budaya

Pacu Jalur, Tradisi Melayu yang Mendunia  ‎

Redaksi by Redaksi
8 Juli 2025
in budaya, Tradisi
0
Pacu Jalur, Tradisi Melayu yang Mendunia   ‎

‎Pacu Jalur, tradisi balap perahu khas Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau, kini menarik perhatian dunia setelah video gaya tari anak pacu jalur, Togak Luan, viral di media sosial.

Mahviyen Trikon Putra, seorang tokoh Pacu Jalur Kuansing yang pernah menjadi anak Togak Luan mengungkapkan, Pacu Jalur telah menjadi jati diri Kabupaten Kuansing.

BACA JUGA

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau  ‎

Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 

‎“Begitu orang mendengar nama Teluk Kuantan, ibu kota Kuansing, langsung identik dengan negeri Pacu Jalur,” ujarnya seperi dikutip dari laman Kompas.com.

‎Tradisi ini lahir dari kearifan masyarakat Melayu Kuansing yang dulunya tinggal di pinggir Sungai Kuantan.

‎Masyarakat saat itu mengandalkan perahu atau jalur sebagai moda transportasi utama, baik untuk orang maupun mengangkut hasil bumi.

‎”Jalur atau perahu kala itu digunakan untuk alat transportasi orang dan mengangkut hasil bumi,” jelas Mahviyen.

Seiring waktu, muncul ide untuk mengadakan lomba balap perahu.

“Kadang beradu cepat siapa yang lebih dulu sampai ke tepian,” tambahnya.

‎Dari kebiasaan ini, dibuatlah sampan besar yang dapat menampung banyak orang, yang dikenal sebagai jalur.

“Satu jalur yang berpacu itu, sekarang isinya 45 sampai 60 orang,” sebut Mahviyen.

Sejarah Pacu Jalur

Pacu Jalur konon sudah dimulai pada awal abad ke-17 dan semakin berkembang sekitar tahun 1905.

“Pada saat itu, perlombaan Pacu Jalur diadakan pada momen hari besar Islam,” katanya.

Saat Belanda memasuki Rantau Kuantan pada tahun 1905, Pacu Jalur dilombakan untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda, Wilhelmina.

‎Seiring perkembangan zaman, Pacu Jalur kini diadakan pada berbagai hari besar di Indonesia, termasuk Hari Kemerdekaan yang menjadi puncak acara setiap bulan Agustus.

‎Meskipun sebelumnya hanya dikenal di tingkat nasional, Pacu Jalur kini telah menembus batas internasional berkat viralnya gerakan tarian Togak Luan di media sosial.

Berdasarkan penelusuran di media sosial, banyak warga asing yang memparodikan gerakan tarian tersebut. Bahkan pemain bola dunia seperti PSG dan AC Milan turut meramaikan tren ini.

‎Tarian di ujung jalur kini dikenal sebagai “aura farming”, sebuah istilah yang sedang tren di media sosial.

Mahviyen merasa bangga dengan peningkatan popularitas Pacu Jalur hingga dikenal di negara lain.

“Selaku masyarakat Kuantan Singingi, kami sangat bangga. Dulu hanya dikenal di tingkat nasional, sekarang sudah go internasional,” ungkapnya.

Ia juga mengajak masyarakat Indonesia dan dunia untuk menyaksikan iven Pacu Jalur di Teluk Kuantan, Kabupaten Kuansing, yang akan diadakan pada 20 hingga 25 Agustus 2025 mendatang. ***

‎

‎

Tags: Pacu jalurTradisi MelayuTradisi mendunia

Post Terkait

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau   ‎
budaya

Rang Chaniago, Pewaris Demokrasi Alam Minangkabau  ‎

18 September 2025
3
Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 
budaya

Sedekah Laut, Tradisi Sakral di Pantai Selatan 

5 Agustus 2025
5
Udang Selingkuh, Camilan Unik dari Papua
Camilan

Udang Selingkuh, Camilan Unik dari Papua

4 Agustus 2025
5
‎Catat, Ini Bahasa yang Paling Banyak Digunakan di Dunia   ‎
budaya

‎Catat, Ini Bahasa yang Paling Banyak Digunakan di Dunia  ‎

4 Agustus 2025
4
Eh Leuho, Tradisi Tidur Siang dari Sabang
budaya

Eh Leuho, Tradisi Tidur Siang dari Sabang

4 Agustus 2025
10
Keberanian Masyarakat Dayak Lewat Tari Mandau   ‎
budaya

Keberanian Masyarakat Dayak Lewat Tari Mandau  ‎

4 Agustus 2025
3
Next Post
Radang Sendi? Ini Penyebabnya   ‎

Radang Sendi? Ini Penyebabnya  ‎

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA POPULER

  • Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harumkan Nama Bengkulu, Izzatul Azizah,  Ukir Prestasi di Dua Kategori  Pada Kejuaraan Pencak Silat Smamuda Festival Championship Se-Malang Raya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Resmi Dilantik, Mulyadi Mandai S.Sos Nahkodai IKSMB Periode 2025 – 2030

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Semangat Hera Juliawati Promosikan Olahraga Taekwondo Virtual di Kabupaten Bekasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sambut HUT RI ke 80, DPD IKM Berkalaborasi  Dengan DPD IKS Kota Bengkulu Gelar Lomba “SONG”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Follow Our Social Media

Informasi

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

Alamat

Jalan Veteran II No 7 C Gambir , Jakarta 10110

Kontak

  • Email : Elly@jurnalbudaya.com
  • Redaksi : 021 87983445

Copyright © 2023 | jurnalbudaya.com 

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup

Copyright © 2024 jurnalbudaya.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In