July 4, 2025
Jurnal Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup
Home Lintas Budaya

Suku Bajo, Bangsa Penyelam Tiada Tanding

Redaksi by Redaksi
23 April 2025
in Lintas Budaya
0
Suku Bajo, Bangsa Penyelam Tiada Tanding

SUKU BAJAU atau lebih dikenal dengan nama Suku Bajo, telah lama dikenal sebagai orang-orang laut yang andal.

Mereka hidup di atas dan di bawah hamparan perairan. Mengapung dan menyelam di sana. Anak kecil sampai orang dewasa.

BACA JUGA

Svið, Makanan Rating Terburuk di Dunia 2025 Versi Taste Atlas ‎

Dayak Kudangan, Kampung Minang di Pedalaman Kalimantan

‎Di Indonesia, Suku Bajo bisa ditemui di perairan Kalimantan Timur (Berau, Bontang), Kalimantan Selatan (Kota Baru), Sulawesi Selatan (Selayar), Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Pulau Boleng, Seraya, Longos, Komodo), Sapeken, Sumenep, dan wilayah Indonesia timur lainnya.

‎Orang Bajo dikenal bisa lebih tahan lama menyelam di air. Mereka disebut-sebut bisa tahan sampai 13 menit di kedalaman 60 meter tanpa alat bantu nafas atau oksigen.

‎Jika tanpa alat bantu nafas, rata-rata manusia awam hanya bisa bertahan 30 sampai 60 detik di dalam air.

Rekor terlama bertahan di dalam air tanpa alat bantu napas diraih oleh penyelam asal Denmark, Stig Severinsen, yaitu 20 menit. Itu pun diraih dengan pelatihan yang rutin dan terencana.

‎Koordinator Kelompok Studi Maritim Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dedi Supriadi Adhuri, menyebut kemampuan itu adalah hasil adaptasi dari kebiasaan Orang Bajo yang hampir 24 jam hidup di laut.

‎”Secara fisik mereka beradaptasi juga. Mereka dibanding dengan suku bangsa lain di Indonesia, bisa bertahan di dalam laut lebih lama,” ucap Dedi seperti dikutip dari laman CNNIndonesia.com.

‎Berdasarkan jurnal penelitian Cell mendeteksi adanya mutasi DNA pada limpa di Orang Bajo.

‎Saat seseorang menyelam dan menahan nafas, maka akan terjadi reaksi. Detak jantung melambat, pembuluh darah menyempit dan limpa berkontraksi.

Kontraksi pada limpa itu berfungsi untuk menghemat energi saat seseorang kekurangan oksigen.

‎Berdasarkan jurnal penelitian Cell mendeteksi adanya mutasi DNA pada limpa di Orang Bajo.

‎Saat seseorang menyelam dan menahan nafas, maka akan terjadi reaksi. Detak jantung melambat, pembuluh darah menyempit dan limpa berkontraksi.

Kontraksi pada limpa itu berfungsi untuk menghemat energi saat seseorang kekurangan oksigen.

‎Berdasarkan jurnal tersebut, limpa Orang Bajo kemungkinan lebih besar, sehingga kuat untuk berada di dalam air dalam jangka waktu yang lama.

‎besar memeluk agama Islam, mempunyai banyak sebutan. Sebagian menyebut mereka orang laut.

Orang Jawa menyebut mereka Bujuus. Orang Melayu menyebutnya Celates.

‎Di perairan Selat Makassar, mereka disebut Bajau atau Bajo. Sementara itu, mereka sendiri menyebut dirinya Orang Sama.

‎Dedi mengatakan, awalnya orang Bajo memang tinggal di perahu, mengapung di lautan.

Namun, semakin ke sini Orang Bajo mulai banyak yang tinggal di daratan.

‎”Ada yang sudah hidup di pesisir. Yang hidup di daratan. Sebagian rumah biasanya masih di atas air,” ujarnya.

‎Menembus batas-batas

‎Bicara mengenai Orang Bajo adalah bicara tentang pengembara lautan. Meski, asal usulnya belum diketahui secara pasti.

‎Tak hanya di Sulawesi, Indonesia, Suku Bajo juga ada yang ditemukan bermukim di perairan Sabah, Malaysia, dan Tawi-Tawi serta Mindanao, Filipina.

‎Ada yang menyebut orang Bajo berasal dari Filipina dan ada juga yang menyebut dari Malaysia. Namun, sejak berabad-abad mereka hidup di lautan secara nomaden.

‎Sejarawan dari UIN Raden Intan Lampung, Rahman Hamid, banyak mempublikasikan penelitiannya mengenai sejarah maritim, salah satunya membahas pengembaraan orang Bajo.

‎Secara umum, Rahman mengatakan banyak yang menganggap asal usul Orang Bajo yaitu dari Semenanjung Malaka, lalu berimigrasi ke berbagai penjuru Nusantara.

Namun, ada juga yang mengatakan orang Bajo berasal dari Sulawesi Selatan dan menyebar ke wilayah lainnya.

‎Ia mengakui rekam jejak orang Bajo memang belum bisa dideteksi secara pasti.

Namun, bisa ditelusuri melalui hubungannya dengan beberapa kerajaan di Nusantara seperti Kerajaan Malaka, Luwu Siang, Makassar dan Bone.

‎Pada masa kerajaan Malaka, abad ke-15. Puluhan Orang Bajo mengiringi Raja Parameswari ketika pindah dari Tumasik (Singapura) ke Muar.

Saat itu, Orang Bajo menemukan tempat di Sungai Bertam. Sungai itu kemudian menjadi Malaka.

‎”Mereka merupakan kekuatan bahari yang sangat diandalkan, baik terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam khususnya,” kata Rahman dalam Jurnalnya. (*/cnn)

‎

Tags: Suku BajauSuku BajoSuku Pelaut

Post Terkait

Svið, Makanan Rating Terburuk di Dunia 2025 Versi Taste Atlas  ‎
Kuliner

Svið, Makanan Rating Terburuk di Dunia 2025 Versi Taste Atlas ‎

25 May 2025
7
Dayak Kudangan, Kampung Minang di Pedalaman Kalimantan
Lintas Budaya

Dayak Kudangan, Kampung Minang di Pedalaman Kalimantan

11 May 2025
10
Buskashi, Tradisi yang Membakar Adrenalin   ‎
Lintas Budaya

Buskashi, Tradisi yang Membakar Adrenalin  ‎

10 May 2025
2
Balogo, Permainan Unik Bumi Borneo 
Lintas Budaya

Balogo, Permainan Unik Bumi Borneo 

4 May 2025
2
‎Mengenal Wife Carrying, Olahraga Unik dari Finlandia   ‎
Lintas Budaya

‎Mengenal Wife Carrying, Olahraga Unik dari Finlandia  ‎

3 May 2025
1
Ngaben, Tradisi Hindu Menuju Nirwana  ‎
Lintas Budaya

Ngaben, Tradisi Hindu Menuju Nirwana ‎

1 May 2025
3
Next Post
Dabu-Dabu Sesi. Ikan Bakar Khas Bumi Maluku  ‎

Dabu-Dabu Sesi. Ikan Bakar Khas Bumi Maluku ‎

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

BERITA POPULER

  • Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    Dendang KIM Meriahkan Halal Bihalal dan Pelantikan Pengurus DPD IKS Kota Bengkulu Periode 2024 – 2029

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harumkan Nama Bengkulu, Izzatul Azizah,  Ukir Prestasi di Dua Kategori  Pada Kejuaraan Pencak Silat Smamuda Festival Championship Se-Malang Raya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Resmi Dilantik, Mulyadi Mandai S.Sos Nahkodai IKSMB Periode 2025 – 2030

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elly Sri Pujianti Tuntaskan 32 Tahun Pengabdian di PWI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Orang-Orang Berengsek di Tarumanegara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Follow Our Social Media

Informasi

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

Alamat

Jalan Veteran II No 7 C Gambir , Jakarta 10110

Kontak

  • Email : Elly@jurnalbudaya.com
  • Redaksi : 021 87983445

Copyright © 2023 | jurnalbudaya.com 

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Agenda Budaya
  • Lintas Budaya
  • Megapolitan
  • Nasional
  • Regional
  • Internasional
  • Gaya Hidup

Copyright © 2024 jurnalbudaya.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In